Nikmatnya anak kost

1 komentar
Kejadian ini terjadi diakhir tahun yg lalu, saat aku dinas audit di kantor bank cabang utama Malang selama 2 minggu.Saat di Malang aku tak bermalam dihotel, tetapi aku tingal dirumah adikku laki2 yg juga buka kost sebab bisa dpt penggantian 50 % dr tarip hotel yg ditentukan. Jadi aku sewa kost 1 bulan disana. Aku tiba di Malang hari Minggu siang karena melalui Surabaya. Ditempat adikku kamar kostnya ada 8 kamar dibawah dan 4 kamar diatas. Saat itu kamar bawah terisi penuh mahasisiwi, sedang kamar atas hanya 2 orang lalu saya jadi masih satu kamar kosong. Yg diatas seorang karyawan bank dan seorang bekerja dikaraoke, jadi berangkatnya sore hari dan pulang tengah malam bahkan fajar. Kamar mereka berjejeran dan sebelahnya kamar mandi,aku sendiri mengambil yg depan jadi ada kamar kosong tg ditengah. Adikku pertama menawarkan tidur saja dikamar dalam, tapi aku menolak sebab ini dinas jadi dpt biaya aku lebih baik kost saja, apalagi adikku kerjanya sbg sales tiap Senin sdh keluar kota dan pulangnya hari Jumat malam, jadi aku agak rikuh dgn adik iparku perempuan. Malam itu yg ada hanya seorang yaitu karyawan bank dibagian atas sedang yg bawah agak ramai sebab hari Minggu. Saat aku membenahi kamar atas, aku sering melihat anak bank itu lewat kamarku utk turun kebawah. Anaknya tinggi dan berkulit kuning serta rambut sebahu, payu daranya cukup besar sebab saat dirumah pakai celana pendek dan kaos utk tidur saja, hingga kalau jalan terlihat payu daranya agak menantang.malam itu setelah aku ber-cakap2 dgn adik & adik iparku lalu aku masuk tidur. Sebelum tidur aku berpikir adik iparku itu orangnya baik sebab walapun dia sarjana, ia pilih kerja buka toko eceran dirumah walaupun wajah dan bodynya pun hebat tidak beda jauh dgn istriku. Alasannya sambil mengawasi anaknya yg masih kecil umur 2 th dan rumah kost. Pagi hari setelah mandi dan siap2 mengatur yg penting kekantor, aku dikagetkan dgn kata2 salam:"Selamat pagi oom!". "Iya " sahutku . "Mari duluan" katanya lagi dan "Silahkan "jawabku lagi. Ternyata yg memberi slam itu adalah anak bank itu, tetapi kok tak pakai pakaian seragam. Lalu aku turun pula pinjam telepon adikku supaya aku dijemput dirumah adikku. Memang kalau pagi aku dijemput sebab antar jemput sedang kalau sore harus pulang sendiri sebab sering pulang lambat. Sementara adikku sdh harus berangkat keluar kota, aku ditemani oleh adik ipar. Ia bilang pdku:"Mestinya enci ikut kesini sebab koko kan dinas nya lama disini, bisa2 nanti kesepian " sambil tertawa manis."Aaaach Eva kok macam2, enci kan kerja ikut kantor susah dong untuk ikut" sahutku."paliing2 kalau kesepian ya ngomong sama Eva saja kan boleh" tanyaku. "Pasti boleh dong, jadi nanti malam kalau koko mau nonton tv masuk kesini saja sambil ngobrol2"ajaknya Eva."Baik Eva nanti kalau koko kesepian , koko cari hiburan nonton tv sama Eva." jawabku. Sebentar mobil jemputan aku pamit kekantor dulu. Memang antara Eva (istri adik)dgn istriku sendiri boleh dikata sama sifatnya yaitu suka bergaul dan banyak ngomong serta agak manja kalau ngomong sehingga banyak orang gampang tertarik. Hari pertama kerja aku pulang hingga pk. 7 malam. Setelah beritirahat sebentar aku lalu mandi, begitu selesai dan keluar kamar mandi anak bank itu keluar kamar dan menyapa:"Selamat malam oom, baru palang ya?. "Betul sekali"jawabku. Anak bank itu ganti mau masuk kamar mandi dan aku langsung masuk kamar utk istirahat terus tidur. Besok harinya, sapaan manis itu kuterima lagi dan kali ini kulihat wajahnya, ternyata wajahnya manis dgn senyumnya tapi tatapannya matanya tajam penuh arti. Hatiku jadi agak bergetar, padahal dgn Eva walaupun ngobrol2 tapi biasa saja sebab walaupun matanya kocak tapi pandangannya biasa saja. Begitu malam aku pulang saat aku sedang rebahan diranjang, anak bank itu juga lewat kamarku dan menyapa:"Selamat malam oom, sudah makan ya?". "Sudah"sahutku. "Mari saya turun dulu mau makan" katanya. "Silahkan"sahutku. Aku coba lihat dr atas ternyata ia masak indomie utk makan malam. Aku coba rebahan lagi sambil baca koran, selang beberapa saat aku dengar ia menyapa lagi:"Masih belim tidur oom?". "Belum"sahutku dan sambil bangun, ia sendiri sempat berhenti depan pintu kamarku sambil matanya menatap penuh arti dan ketika aku coba keluar kamar ternyata anak2 kost yg dibawah masih ramai ngobrol diteras kamar, jadi ia pamit:"Mari saya istrirahat dulu oom". "Silahkan"sahutku. Memang pagar teras kamar atas itu dr besi hingga anak2 dibawah bisa lihat keatas. Esok paginya spt biasa ia menyapa saat mau berangkat kekantor, malam harinya ketika aku mau tidur terasa agak lapar padahal baru jam 9 malam, lalu aku keluar kamar dan kedepan rumah utk lihat apakah yg jual pisang goreng depan rumah masih ada karena akan beli utk pengisi perut. Aku beli 5 biji sebelum aku masuk halaman lagi aku coba lihat2 lalulintas sebentar, tiba2 anak bank itu juga keluar hanya pakai celana pendek dan kaos tidur saja. Aku sapa:"Mau kemana dik malam2?". "Mau beli pisang utk sarapan besok pagi, sebab tadi lupa beli roti"sahutnya. "Ini oom sudah beli, kita bagi saja" kataku. "Jangan oom, nanti oom kurang" katanya."Nggak apa2, oom kan sendiri ini kan lebih dr cukup sebab ada 5 biji besar2 lagi"kataku."Bolehlah,saya cukup 1-2 saja"katanya lagi."Ngomong2 kita belum pernah kenalan ya" kataku sambil aku menjabat tangannya. "Winarti, nama saya dan oom siapa?" katanya. "Saya Ima..."sahutku. "Winarti buru2 mau tidur?"tanyaku."Nggak oom, belum ngantuk". Kalau gitu kita ngobrol sebentar sambil duduk diteras depan ini mau" tanyaku. Ia menggangukan kepala, lalu kita duduk dikursi diteras depan yg memang disediakan utk tamu2 anak kost."Apa betul oom masih kakaknya tante kost?"tanyanya lagi."Betul, kok Win tahu?". "Iya dari ,ibu pembantu yg bilang tadi pagi" sahutnya."Wah Win tanya apa lagi dr ibu pembantu?"kataku."Nggak, cuma ibu pembantu bilang oom disini sekitar 2-3 minggu utk tugas dibank BCA."sahutnya. lalu kita saling bercerita dan ternyata Win itu adalah anak bungsu dr tiga dara anak dr almarhum pensiunan militer(sersan mayor) asli Blitar, sedang ibunya pensiuan guru SD sekarang memberi les privat pd anak2 SD. Sedang kakanya no1 sudah menikah dgn guru SMA di Banyuwangi dan kakanya no,2 masih kuliah di Sby. Karena biaya tak mencukupi dlm masa krisis moneter ini maka ia pilih bekerja setelah lulus SMA tahun ini.Jadi Win baru bekerja dibank baru empat bulan maka dr itu belum dpt pakaian seragam. Baru ngobrol kira 1/2 jam, tiba-tiba 3 orang anak kost datang bersama pacar2 nya mungkin hingga suasana jadi ramai diteras itu. Lalu kita masuk dan naik kekamar sampai depan kamarku,aku pamit masuk dulu dan Win menggangguk dgn pandangan mata yg penuh arti dan bernada sayu. Pagi harinya aku bangun agak terlambat hingga aku mandi juga terlambat. Saat aku keluar km mandi, Win udah menunggu dekat pintu kamarnya dan berkata:"Oom, Win berangkat dulu ya, nanti malam usahakan bisa ngobrol2 lagi ya?". "Oke" sahutku.Sore harinya aku pulang sekitar pk 6 dgn naik taxi, aku coba perhatikan bank tempat Winarti bekerja sebab banknya itu ternyata tiap hari kulewati dan memang tak jauh dr bank tempatku. Saat dekat dengan banknya, aku coba perhatikan..eeehhhhh ternyata Winarti masih ada dijalan depan bank utk cari angkutan umum.Langsung perintahkan sopir utk berhenti dekat Winarti. Melihat ada taxi mendekat, Win malah jalan menjauh sebab mungkin pikirnya ia tak menyetop taxi. Baru setelah aku turun dan memanggilnya ia lari2 mendekat dan segera kupersilahkan win utk masuk taxi. Ternyata ia pulang terlambat karena ada jumlah yg belum cocok, hingga sbg teller harus dicari dulu kesalahannya. Karena hari sdh agak gelap, Win saya ajak makan malam sekalian sblm pulang kost ternyata ia mau. "Enaknya makan dimana ya?tanyaku."Dekat rumah kost saja ada warung bakso yg enak" sahut nya. Ternyata betul k.l 10 rumah sebelum kost ada jual bakso mie. Setelah turun dr taxi, lalu kita masuk dan duduk dimeja yg kecil utk berdua saja."Mau makan apa oom?" tanya Win. "Oom sih terserah sama Win saja, pokonya hanya ikut makan."jawabku. "Oke, dan minumnnya oom mau apa " "terserah sama Win juga" sahutku. Win kemudian panggil pelayan dan pesan Mie Bakso 2 mangkok, lalu Coca Cola 2 btl. Kita ngobrol2 sampai akhirnya menyerempet itu2 juga."Oom kesini sendirian selama 2 minggu apa tidak stress?"tanya Win. "Habis mau kemana sebab nggak ada teman disini"sahutku. "Kenapa sih oom cari temen, apakah Win bukan teman oom?" kata Win. "Betul Win, maksud oom teman utk santai"."Oom jangan pikir yg jauh2, Win siap menemani oom kapan saja oom membutukan" katanya."Huuussss, jangan ngomong begitu oom kan sdh berkeluarga sedang Win kan masih gadis" kataku. Win terdiam sejenak dan tiba2 matanya ber-kaca2 sambil menggelengkan kepala. Aku jadi trenyuh seketika segera kugenggan telapak tangannya erat2. sambil berkata:"Maksud Win bagaimana?". Lalu berceritalah Win, kalau ia sdh diperawani oleh pacarnya saat awal dikelas 3 SMU dan dilanjutkan berhubungan intim terus sampai beberapa kali, hingga akhirnya Win terlambat bulan alias hamil. Begitu diberitahu kalau ia hamil, pacarnya mulai menjauhi bahkan tak mau bertanggung jawab. Karenanya sampai bulan ke3 maka dgn terpaksa digugurkan dgn pertolongan bidan. Ini dilakukan karena pihak keluarga blm tahu semua persoalannya. Untung saat itu ia punya tabungan sebesar 300.000 rph utk biaya.Walaupun makan sdh diantar kami berdua blm makan, karena suasana masih syahdu. Lalu kedua tangannya kugenggam erat2 dgn penuh perasaan sambil menatap wajahnya. Win pun menatap mataku, pandangannya memelas sekali.Dan dari sejak itu, ia tak menyukai lagi berpacaran dgn laki2 yg sebaya, ia lebih merasa aman berpacaran dgn laki2 setengah umur kira2 35-40 th karena dianggap lebih bertanggung jawab dan mapan tidak hanya suka hura2 saja. Setelah beberapa saat Win kuusap air matanya dgn sapu tanganku dan tangan kemudian di-pegang erat2. "Win, ayo makan nanti dingin nggak enak lho, sambil kita ngomong" kataku. Ia menggangguk dan mulai makan sambil berkata:"Oom, wajah oom sangat berkesan dihatiku sebab wajah oom dan penampilannya adalah spt laki2 yg ku-idam2-kan, itulah sebabnya pertama kali aku ketemu pandang dgn oom langsung terkesima hatiku". "Aaacch jangan muluk2 kalu memuji, wajah tua spt oom ini sdh nggak laku sekarang". "Benar oom, Win bukan memuji tapi dgn tulus hati, maka dari itu Wim ingin sekali berada dalam pelukan oom". "Jangan kamu mengharapkan oom, sebab sdh tak mungkin lagi Win"sahutku. "Win sadar akan hal itu, tapi hanya utk selama oom tinggal disini saja, Win benar2 butuh kasih sayang dr laki2 yg sebaya dan seperti oom"."Win benar2 butuh sesuatu dari oom". "jangan Win kalau nanti hamil lagi bagaimana?" tanyaku. "Oom, Win baru saja bersih dari mens hari Minggu kemarin saat oom datang. ini benar2 oom, Win sumpah, Win tak akan menjebak oom sebab tahu oom itu orang baik" katanya. Ujung cerita kita berjanji nanti malam ketemu dikamarnya, kalau semua anak kost bawah sdh masuk kamar.Dan spy tak ketahuan, setelah makan ini Win dulu yg jalan pulang baru aku nyusul kemudian. "Hati2 dijalan ya" seruku. "Iya oom, sampai nanti malam" sahutnya.Kemudian aku menyusul jalan dibelakangnya, sampai kost aku berhenti sebentar beli pisang goreng dan kemudian aku naik kekamar. Aku lihat Win sedang masuk kekamar mandi. Setelah ia selesai mandi, aku segera ke km mandi juga.Ketika aku selesai mandi dan kekamar, aku lihat suasana kost dibawah sepi. Cepat2 aku letakkan handukku dan pakaian kotorku ditempatnya kemudian dandan sedikit dan dgn hanya mengenakan kaos tidur dan celana pendek aku kekamar Win yg pintunya memang tak dikunci. Saat aku masuk ia sedang tiduran, ketika melihat aku masuk ia tersenyum dan duduk dipinggir ranjang serta menyapa:"Mari duduk sini oom", Serelah pintunya kututup dan kukunci aku duduk sebelahnya Win.Aku elus2 pahanya yg putih bersih itu. Ia kemudian memegang tanganku erat2 dan menyandarkan kepalanya kebahuku. Kupegang kepalanya dan kubisiki:"Win, sayang oom bahagia juga disebelahmu"sambil kupeluk dia dan Win juga segera merangkul leherku. Aku mulai menciumi keningnya, hidungnya ku-gesek2 dgn hidungku lalu pipinya kuciumi juga lehenya dan ia kupeluk makin kuat hingga terasa payu daranya hangat didadaku. Kukecup bibirnya dan kupermainkan bibirnya dgn lidahku. Rupanya ia masih hijau, jadi lidahnya tak dijulurkan utk kukecup juga. Rambutnya yg masih agak basah ku-belai2 juga. Win makin terangsang dan merasakan sesuatu yg baru kelihatannya. Kulanjutkan dgn membuka kaosnya yg dibantu tangan Win sekalian ia melepas BH nya. Kupeluk lagi ia, payu daranya ku-raba dan ku-usap2 pelan2 sambil putingnya ku-pijit sedikit. Winmulai merintih pelan dan terus kulepas juga celana pendeknya dan CD nya. Jembutnya hitam kilap dan lebat menutupi vaginanya."Oooohh....oom, pakaian oombuka juga ya?"pintanya. Aku segera membuka pakaianku sampai telanjang spt Win. Kemudian Win kurebahkan dikasur dan aku mulai beroperasi lagi dr atas kening dgn kecupan2 mesra.Kucium dan kukecupi terus sampai keleher dan tanganku juga beroperasi dgn me-raba2 dan meng-usap2 dgn penuh kemesraan bagian payu daranya. Setelah 2 bukit payu daranya kuciumi dan kukecupi termasuk putingnya ku-gigit dgn bibirku dan tanganku meraba mesra kebagian perut dan atas jembutnya. Ciumanku terus menjelajahi seluruh bagian dada kemudian perut dan bawah perut. Jembutnya yg lebat ku-tarik2 pelan dgn gigitan birbirku juga clitorisnya yg sdh terlihat menonjol kujilati dan pahanya dalam kubelai terus sampai kelututnya. Bibir vaginanya kulmat semua dgn jilatan kecupan bibirku, hingga Winarti meng-geliat2 terus tanpa hati. Ciuman terus turun kepahanya kiri dan kanan dan kelutut, betis dan tangkai tumitnya kugigit pelan2 dgn dibarengi dgn usapan pd telapak kakinya. Win jadi geli dan nafsu. Paling akhir adalah telapak kakinya kuciumi dan 10 jari2 kakinya kuisap semua dgn rabaan pd pahanya. Win tampak mulai nggak tahan. Ia sendiri langsung me-remas2 payu daranya sendiri. Aku kembali keatas dgn menindihinya dan mendekatkan kontolku ke tangannya , rupanya Win tahu maksudku lalu segera dipegag dan di-kocoknya kontolku. Win kubisiki:"Win sayang kontolnya oom sudah tegang ditanganmu, kakimu buka lebar2 ya sayang spy ****** oom bisa masuk". Win membuka kakinya lebar2 dan kemudian kuraba lubang vaginanya kemudian kontolku kepalanya kupakan dan kumulai tekan pelan2 tapi pasti sedekit demi sedikit agar masuk. Terus kutekan pelan2 kontolku kedlm vaginanya dan akhirnya bleeessss....masuk juga kepalanya."Oomm....aduuuhh, waaah besar sekali lho kontolmu". "sakit Win" tanyaku."Nggaak kok...aduhnya enaaak oom" sahutnya. Terus kutekan kontolku pelan2 sehingga seluruh batangnya ambles kedalam memeknya. Begitu ambles semua kubiarkan beberapa kontolku didlmnya, sambil terus kubelai rambutnya dan payu daranya ku-usap2 dgn remasan2 mesra. Win coba menggoyangkan pantatnya, lalu kutarik keluar kontolku pelan2 terus gerakan ini kulakukan ber-ulang2 hanya kecepatannya yg ber-ubah2 dari pelan2 kemudian bertambah sedikit2 jadi cepat begitu nafasnya Win mulai memburu kuperlahankan lagi hingga Win agak tenang lagi kemudian kupercepat lagi hingga nafsunya memuncak lagi. Akhirnya Win minta:"Om, Win sudah nggak tahan lagi kepingin orgasme " "Iya sayang, oom akan temani Win sampai puncak sama2" sahutku, Lalu kucepatkan gerakan naik turunnya dan aku sendiri segera konsentrasikan pikiranku kpd tubuhnya Win yg indah dan masih kencang itu spy cepat naik nafsunya. Aku juga lihat Win sdh ada tanda2 akan sampai puncak, karena ia terus menggenggam kain sprei lalu mencengkram punggungku kuat2 lalu pundakku digigitnya sambil mengaduh:"Seessssttt, aduuuuhhhh...aaauuuuhhh...aku klimaks oom" Saat itu juga terasa ada semprotan mani pd kontolku, otomatis aku tak tahan juga dan kutekan dlm2 kontolku dan creeetttt...creeettt, maniku nyemprot kevaginya Win. "Aaaaaaccchh...uuuhhhh, oom klimaks juga"katanya dan langsung aku dipeluk makin erat dan kakinyapun didekapkan kekakiku, hingga aku tak bisa turun dr tubuhnya. Aku belai2 sayang lagi kening dan rambutnya dan kuciumi terus pipinya,"Oom jangan dicabut dulu yaa...biar badan Win tetap hangat"pintanya. Setelah beberapa menit napas kita berdua mulai tenang,aku berkata:"Win apakah nggak mau cuci dulu?"."Win nggak cuci, punya oom aja Win bersihkan ya?". Lalu aku rebah disebelahnya dan Win bangun mengambil kertas tissu dan dibasahi dgn aqua kemudian kontolku dilapnya dgn hati2 sekali. Setelah itu bibir vaginanya yg basah dilap juga lalu ia kelemari utk mengambil selimut dan kemudian tidur lagi sebelahku dan tubuh kita berdua diselimutinya. Kupeluk Win, sambil kubisiki:"Win apa nanti maninya nggak tumpah keluar?."Biar aja oom, nanti kan keluar sendir tapi agak lama biasanya sampai 4-5 jam lagi". "Win capai ya..? ."Nggak terlalu jyga, oom puas dgn pelayan Win, maaf ya oom Win masih hijau dlm bermain sex". "Oooh oom puas sekali semuanya jadi lega". "Sungguh oom?". "Betul Win!". sahutku lagi sambil kupeluk dia erat2 dgn penuh perasahaan kasih sayang."oom, Win sangat bahagia malam ini, Win bukan saja dpt kenikmatan sex dari oom, tapi lebih dr itu Win sangat merasakan kasih sayang dr oom". "Dalam bermain sex oom beda jauh dgn pacarku dulu, oom sangat matang tehniknya juga hebat bisa terus membimbing Win sampai kepuncaknya, jadi bukan sekedar beda besar kontolnya saja. Sebab punya pacar saya dulu kecil lagi hitam,sedang oom punya besar dan bersih dan kuning langsat". "Malam ini oom tak boleh meninggalkan Win, aku ingin tidur dlm pelukan oom,aku ingin bahagia malam ini". Aku bilang:"Kalau oom tidur disini bisa ketahuan orang nanti Win". Ia menjawab:"Anak2 kost disini bangunnya paling pagi jam 6, hanya ibu pembantu yg jam 5, jadi besok sebelum pk 5 nanti Win bangunkan oom.Pokoknya malam ini oom harus dgn Win". Ia kemudian mengusap dahiku yg berkeringat, saat mengusap tangannya kupegang dan kucium telapaknya dgn penuh arti dan Win pun merasakan hal ini dia memejamkan matanya dan air matanya menetes keluar. "Win, jangan sedih oom kan menunggumu malam ini". "Iya oom"jawabnya. Setelah beberapa saat ia berkata:"Oom, Win yakin dan tahu pasti kalau sebetulnya dlm hati oom sayang sama Win. Benar ya?". "Kok Win bisa bilang begitu?" kataku. "Oom tak bisa justa pd Win , dari pancaran mata oom terlihat jelas sekali dan Win benar2 merasakan kasih sayang oom itu". Lalu tambahnya:"Saat oom meniduri Win, Win tahu dari mata maupun tingkah oom, oom bukan se-mata2 melampiaskan nafsu sex saja, tetapi oom meniduri Win dgn penuh kasih sayang dan penuh kemesraan, hingga benar2 Win merasa bahagia. Tidak meleset pandangan pertama Win thd oom, memang oom benar2 adalah type laki2 yg jadi dambaan Win. Sayang ketemunya sudah terlambat." ."Win, kira2 begitulah yg ada dlm hatiku" sahutku mesra sambil ku-belai2 punggungnya.Win berpesan pdku:"Kalau oom mau lagi setiap saat Win akan melayani jadi oom jangan takut tk membangunkan Win". Sambil ngobrol2 kita akhirnya tertidur. Pagi hari spt biasa jam 4 aku sdh bangun, ternyata pagi itu kontolku ikut bangun juga apalagi dekat cewek". Aku coba raba2 dan remas pelan2 buah dadanya sambil keningnya kuciumi agar Win bangun. Ternyata benar Win terbangun, jadi aku langsung singkirkan selimutnya dan mulai kupermainkan dgn mesra payu daranya sebentar saja nafsu sex nya sudah bergairah tangannya lalu memijit kontolku. Saat kulihat vaginanya ternyata maniku sdh tumpah keluar selain meleleh dipahanya juga jatuh disprei jadi flek karena sudah agak mengering. Kubisiki Win:"Win, kamu mau main diatas ?" Ia mengangguk dan segera bangun sedang aku tidur lalu ia jongkok hingga lubang vaginanya tepat diatas kontolku. Aku bantu memasukkan kepala kontolku kelubangnya dan Win menekan kebawah pantatnya dan bleeess langsung masuk kontolku. Win terus menggoyangkan naik turun pantatnya tapi blm bisa gerakan memutar karena memang blm banyak pengalaman. Sampai lebih dr 15 menit kita berdua blm klimaks, karena kulihat Win berkeringat, aku minta ganti dia yg tidur dan aku yg diatas.Operasi spt pd malam hari kuulangi lagi yaitu dgn ciuman dan kecupan ygmesra, lalu rabaan2 dan remasan dgn penuh kasih sayang serta gerakan2 ****** yg berirama cepat lambat bergantian kulakukan dgn santunnya. Begitu tangannya sudah mulai mencengkeram punggungku lagi dan mulutnya kembali menggigit leherku kudpt pastikan Win akan klimaks, segera aku konsentrasi juga pd Win yg manis agar maniku juga segera keluar. Rintihan nya terulang lagi saat kontolku menyemprotkan mani ke vaginanya dan sesaat lagi aku juga merasakan siraman maninya dikontolku.Karena jam sdh pk 4.30 maka aku minta keluar kamar. "Sebentar oom" katanya. Ia lalu bangun mengambil tissu utk membersihkan kontolku yg berlumuran dgn maninya dia. "Waah sprei mu flek Win" kataku. "Ngak apa2 oom, aku malah senang"katanya sambil mencium sprei yg flek. Aku segera masuk kekamar dan tidur lagi, hingga bangun agak kesiangan. Saat aku bangun malah Win sdh berangkat kebank. Siang hari itu aku mendapat telpon dr seorang teman, kata operator, Setelah telpon kuterima ternyata dr seberang ada suara yg menyapa dr seorang wanita yg ternyata baru kutiduri semalam yaitu Win. "hallo Win"jawabku. "Darimana kamu tahu teleponku". "Win tanya pd operator dibank sini" sahutnya."Om, nanti siang mau menemani Win makan siang?". "Boleh saja, Win, mau makan dimana?" jawabku."Ach, makan yg dekat2 sini saja ya, nanti oom tak usah naik taxi bisa naik becak saja sebab ketempat hanya dekat" jelasnya. "Oke Win nanti jam 12 oom jemput Win". "Trims ya, jam 12 Win akan tunggu oom diluar" jawabnya dgn suara manja. Ketika jam menunjukkan ok 11.50 aku cepat2 pamit utk keluar makan, aku segera cari becak utk menuju kebanknya Winarti. Kira2 pas 10 menit perjalanan becak sampailah aku dibanknya Winarti. Baru saja aku bayar becak, aku lihat Winarti sdh ber-lari2 kecil menghampiriku. Saat sampai Win langsung merangkul pinggangku sambil badannya bersandar kebadanku dan mengajak berjalan menuju kerumah makan."Makan dirumah makan ujung jalan itu saja ya oom" katanya. "Oke".Win berjalan sambil merangkul pinggangku terus dgn senyum2 kecil. Dia tampak ceria sekali dan gayanya yg manja pdku."Kenapa Win kamu kok tampil beda sekali?" tanyaku. "Kan Win lagi bahagia ,sekarang jadi istrinya oom?, walaupun istri sementara saja" sahutnya. Sampai dirumah makan Win memilih meja yg kecil letaknya diujung, lalu mulai melihat menu masakan. "Oom mau apa?" tanyanya."Oom terserah sama Win aja, kan suami tergantng dgn istrinya?" jawabku.Dia mencubit tanganku dan bilang:"Oom, jangan gitu ach, Win jadi pingin jadi istri oom beneran lho". "oom mau nggak makannya bagi2 dgn Win?". Aku manggut2 saja. Win, kemudian pilih nasi gudeg dan nasi pecel telur serta Coca Cola dan es campur. "Oom nanti malam harus menemani Win lagi ya?" pintanya."Win kau capai nanti tiap malam main terus" sahutku. "Apakah Win minta main, Win minta oom menemani Win tidur, soal oom nanti mau main berapa kali Win selalu siap melayani, tapi bila oom capai nanti Win yg mijit" sahutnya. Aku jadi kalah ngomong dan aku setuju saja akhirnya. Setelah makanan keluar, kita mulai makan aku diberi nasi gudeg dgn es campur dulu dan Win nasi pecel dan Coca Cola. "Nanti bila sdh habis setengah kita ganti piring dan minumnya" kata Win. Sambil makan dia berkata:"Hari Saptu dan Minggu, oom kan libur nanti pergi dgn santai di Batu ya oom?. Sebab dikost kalau Saptu dan Minggu anak2 kost banyak dirumah jadi kita sulit utk bermesraan". "Nanti aku pamit pulang ke Blitar sama tante kost dan oom bilang diajak temannya ke batu" katanya Win pdku.Padahal sebenarnya aku hari Minggu akan diajak ke Sby, karena ada famili dr. Eva yg menikah, jadi sekeluarga akan ke Sby. Aku pikir dr ke Sby lebih baik rekreasi dan santai dgn Win dihawa dingin. Maka kusetujui ajakan dan usulannya. Selama makan tangan kiriku selalu digenggam erat2 dgn tangan kirinya Win, hingga makannya kita hanya pakai sendok saja. Setelah aku makan separo, aku tunggu Win makan separo nasinya, lalu piring kita tukar juga minumnya."Oom, hari2 ini Win merasa bahagia sekali, oom juga?" tanyanya. Aku tatap matanya dalam2 dan aku bilang"Perasaan oom sama dgn perasaanmu". Walaupun makan telah selesai, kita tetap ngobrol dulu tunggu sampai jam 1 siang kita berpegangan tangan dua2-nya."oom nanti pulang pk berapa? tanya Win."Kalau biasa sih pk 6 sore" sahutku. "Kenapa Win? " "Ya kalau bisa aku cuma ingin pulang bareng oom spt kemarin" katanya. "Win apa nggak tunggu lama nanti?" kataku. Dia menggelengkan kepala. Keluar rumah makan Win tetap berjalan sambil merangkul pinggangku, sampai akhirnya sampai kebanknya dia dan aku antarkan sampai pintu depan, kemudian kita berpisah. Aku balik kantor dgn becak lagi. Sore hari jam 6 aku pulang, aku naik taxi spt biasa hanya saat mendekati banknya Win aku minta sopir jalan pelan2, benar uga Win masih menunggu depan bank, begitu melihat ada taxi berhenti langsung dia ber-lari2 kecil menghampirinya. Lalu aku buka pintu taxi dan Win ikut naik. Seperti kemarin kita berhenti diwarung bakso utk makan malam ber-sama2 sekalian. Setelah makan Win berpesan:"Begitu oom habis mandi kalau ada kesempatan oom supaya langsung masuk kamarnya Win ya". Lalu Winarti berjalan dimuka lebih dulu dan aku menyusul pelan2 dibelakangnya, sampai dikost aku ketemu Eva yg kebetulan belum tutup, lalu aku ceritakan kalau hari saptu akan ke Batu dgn teman2 kantor, jadi Minggu tak bisa ikut ke Sby. Setelah basa- basi sebentar aku pamit utk naik kekamar. Sampai depan kamar, pas Win mau mandi dia berjalan menghampiriku dan bilang:"Nanti malam kalau kekamar Win supaya oom membawa baju yg utk ke Batu, nanti Win bawa dlm satu tas saja", lalu ia pergi mandi dan aku menyiapkan 1 stel pakaian dlm dan 2 T Shirt saja. Selesai mandi Win turun dan saat lewat kamarku ia menyapa:"Oom, Win kebawah sebentar utk memasak Indomie buat kita kalau lapar lagi nanti malam, sekalian mau pamit kalau besok pulang sama tante kost". Aku manggut saja dan kemudian pergi mandi, selesai mandi aku lihat kamarnya Win masih terbuka kosong dan dibawah masih ada anak kost yg diluar kamar, hingga aku masuk kamar utk istirahat dan baca koran dulu. Beberapa saat kudengar Win naik tangga, lalu ia berhenti dimuka kamarku sambil berkata pelan2:" Oom sudah sepi, ayo cepat". Aku segera membawa baju yg akan kubawa besok dan mengikuti Win masuk kekamarnya. Ia meletakkan mangkok Indomienya dimeja dan segera pintu kamarnya dikunci. "Om besok Win mau pakai kaos ini saja ya", sambil menunjukkan 3 kaos, warna putih dgn motif kembang2 kecil, putih polos dgn gambar gesper didada dan kuning polos. Yg putih dadanya agak terbuka lebar sedang yg kuning dibagian atas dada ada retsluitng kecil. Ia bilang:"Kalau Win jalan sendiri agak malu pakai kaos ini, oom"."Kenapa"tanyaku. "Sebab kaos itu ketat sekali, jadi payu dara Win kelihatan menonjol sekali, cowok2 kalau memandang kurang ajar kok" jelasnya. "Coba dipakai yg kuning ini Win"pintaku. Lalu Win melepas kaos tidurnya dan gan pakai kaos kuning itu."Waaaaahhh betul2 kamu kelihatan sexy pakai ini, apalagi retsluiting terbuka lekuk payu daramu jelas terlihat dr luar" kataku."Tapi nggak apa, nanti kalau naik angkutan umum Win pakai jaket lagi jadi agak tak menyolok sexynya" jelasku. Win setuju kemudian dilepas lagi kaos kuningnya. Saat itu langsung kupeluk dan kubisiki: "Win mau main lagi?". "Iya oom, Win sudah kepingin lagi kok". Lalu kulepas celana pendeknya dan ternyata Win tak pakai CD sebab ia langsung telanjang bulat. "Win, sambil oom ajari sedikit ya, spy besok bisa dipraktekan di Batu". Win manggut2. Lalu ia kutarik berdiri menghadap kaca riasnya dan aku berdiri dibelakangnya sambil memeluk Win dr belakang dan ku-raba2 dan remas dgn penuh kemesraan. "Win kalau kamu kukerjakan begini langsung kamu memegang kontolnya oom utk Win permainkan sambil kaki Win yg sebelah diangkat lalu berpijak dimeja rias, supaya vagina Win terbuka dan mudah utk di-usap2". "Iya.oom" dan langsung kakinya naik kemeja serta tangannya mengocok kontolku. Setelah adegan ini berlangsung hampir 10 menit, Win kuajak tidur dan aku yg dibawah Win diatas. Setelah Win naik dan memasukkan kontolku kevaginanya, kuberi tahu:"Win , pertama jangan kamu ambleskan semua ****** oom, yg masuk biar 1/3 bagian dulu lalu pantatmu gerakan memutar" sambil aku memegang pinggangnya utk membantu memutarkan pantatnya. Memang rasanya masih kaku belum luwes cara memutarnya, tapi tak apalah besok mungkin lebih bagus. "Nggak enak ya oom?" tanya Win. "Cukup bagus utk permulaan" kataku. Kemudian Win mulai ganti goyang naik turun, hingga payu daranya ber-goyang agak keras dan segera kutahan dgn kedua tanganku utk ku-usap2 seraya meremasnya pelan2 dan sebentar2 agak keras utk merangsang nafsunya. Begitu ia mulai gairah kutidurkan dia dan tehnik menyetubuhi seprti semalam kuulangi lagi yang membuat maninya Win serta air maniku keluar hampir bersamaan beda hanya sekitar 3 detik saja. Selesai main in dan aku langsung tiduran sambil ngobrol dan merencankan kepergiannya besok. "Jadi besok pagi ketemu dirumah makan siang tadi, nanti Win yg berangkat dulu baru oom nanti yg nyusul" "Oke". "Oya besok kita renang ya nanti Win bawa swimsuit" lalu ia membuka lemarinya mencari swim suit. Dalam lemari itu kulihat roknya Win tak terlalu banyak spt cewek2 bank lainnya, aku jadi iba dibuatnya dan aku ingin menghadiahkannya rok pdnya. Setelah ketemu swim suit ditumpuk jadi satu dgn kaosnya, lalu ia naik keranjang tidur disampingku lagi.
"Win, besok di Batu oom ajari lagi yaa"
"Boleh, tehnik apa oom?
"Mengisap" kataku. "Mengisap apa?" tanya Win. Lalu Win kupeluk erat2 sambil kucubit perutnya dan kataku:"Win, kamu jangan pura2 bloon ya".
"Win betul2 belum tahu kok"
"Win, sayang, kalau punya oom belum tegang spt tadi, kan tangan Win yg oom minta utk mempermaikannya. Betul ya?". Ia manggut.
"Jalan lain yg lebih indah adalah diisap pakai mulut, Win mau dan jijik nggak?". "Untuk membuat kepuasan oom, apa saja Win lakukan dan buat oom tak rasa jijik. Win, ajari gimana caranya oom!"
"Nanti fajar saja kalau punya oom bangun,oom akan ajari sekaligus praktek ya, sayang?" kataku. "Sekarang kita istirahat dulu sambil ngobrol".
Win minta agar aku memeluknya lebih erat lagi dan ngomong:"Dari pembicaran oom sebenarnya banyak kesamaannya dgn Win, baik mengenai makan, kebiasaan, pandangan hidup, cara berdandan yg sederhana, maka dr itu oom makin lama makin sayang pd Win, dan Win sendiri merasakan kasih sayang dr oom itu". "Jangan banyak ngelamun Win, ayo tidur dulu". Lalu tubuhnya kuselimuti dan kudekap erat2 kepalanya didadaku. Seperti biasa jam 4 pagi terbangun dan barangku juga sdh bangun, tapi karena Win masih tidur terpaksa aku bisiki kata rayuan mesra agar bangun. Memang hanya beberapa saat Win bangun dan aku ajak main, karena punyaku sdh tegang sekali aku langsung naik ketubuhnya dan coba kumasukkan kedlm vaginanya. "Win berbisik:"Katanya oom mau ngajari isap?". "Iya sayang, tapi karena punya oom sudah tegang banget, oom masukkan dulu sebab Win kan harus mencapai klimaks juga.Nanti kalau oom semprotkan dlm mulut langsung, kan Win nggak bisa klimaks"kataku. Ia menurut dan mulai merintih karen kontolku sdh masuk dan sdh bergerak memutar divaginya sambil kubelai sayang tubuhnya. Napasnya mulai memburu kuimbangi juga dgn nafasku spy Win benar2 teransang dan gerakan kupercepat dan benar juga Win mulai mengcengkeram punggungku lagi. "Acch...Win mencapai puncak oom, nikmat dan bahagia sekali oom" katanya lirih. Aku tekan terus kontolku kevaginanya, begitu Win mulai terasa fit lagi aku turun dr atas tubuhnya dan aku ambil tissue utk membersihkan kontolku. "Win, sekarang oom ajari cara mengisap, tapi posisi dibawah dulu ya" kataku. Aku duduk ditepi ranjang dan Win kuminta jongkok dihadapan kontolku lalu kumulai kursus kilat ini.
"Win, peganglah ****** oom agak bagian bawahnya dan agak ditekan kebawah spy kepalanya tampak besar abis itu jilatilah kepalanya memutar terutama bagian tepi kepalanya" Win mulai melakukannya, kira2 sdh 5 menit aku ganti instruksi lagi:" Win sekarang coba lubangnya di-buka2 dgn ujung lidah kalau bisa gerakan lidahnya yg cepat". Win praktekan juga, tapi masih jauh dr enak mungkin benar2 blm biasa. 5 menit kemudian ganti petunjuk lagi:"Masukkan mulut kepalanya lalu lidahmu gesek2-kan dan kemudian sambil di-kenyut 2 spy maninya cepat keluar".
"Dan yg paling akhir bila kontolnya oom sdh tegang banget spt ini, madukan dalam2 kemulutmu lalu kamu keluar masukkan punya oom kemulut Win, seperti kalau masuk kevagina dan sambil dibantu dgn kocok pelan2 spy cepat nyemprot". Memang Win benar2 belum biasa isap sebab saat isap air liur sering menetes keluar. Karena aku hampir klimaks maka aku bantu ngocok kontolku dan aku bisiki Win:"Win, oom mau sampai puncak" Dan creeettt...creettt....creeeettt maniku nyemprot kdlm mulutnya, Win terdiam sejenak. lalu kuminta agar lubangku disedot. Ketika Win menyedot terasa seeeerrrr, sisa mani disaluran kontolku keluar kemulutnya Win. "Win, maninya oom banyak ya?"tanyaku. Win hanya membuka mulutnya yg penuh dgn maniku yg kental dan putih. Aku bisiki lagi:"Win, kalau nggak jijik ditelan semua maninya oom ". Win telan juga semua mani yg dimulutnya dan bilang:"Aku suka maninya oom dan tidak jijik, kalau lain orang No. Rasanya sih asem2 dan asin oom". Lalu segera kupeluk erat2 dia dan kutatap matanya yg selalu memandang wajahku,:"Win, oom sangat sayang pdmu". "Win juga benar merasakannya oom" sahutnya. Karena sdh hampir pkl 5 , aku cepat2 kembali kekamarku dan tidur lagi.
Saat aku terbangun aku lihat cuaca sdh terang dan samar2 dengar Win mandi, aku segera bangun dan ber-siap2 mandi. Begitu Win keluar km. mandi aku segera yg masuk. Ketika selesai mandi aku lihat Win telah selesai dandan, aku cepat kekamar utk ganti pakaian juga. Belum selesai menyisir rambut kudengar Win sdh berjalan keluar kamar,saat depan kamarku dia berhenti sebentar kupandangi dia dgn terpesona. Memang betul 2 sexy dgn celana ketat hitam dan kaos nya terbuka agak kebar dadanya. Apalagi perutnya yg ramping hingga payudaranya kelihatan sangat menonjol sekali, tapi dia pakai rompi utk sedikit mengurangi penonjolan payu daranya. Kemudian Win berkata:"Win berangkat dulu yaa, nanti kira2 10-15 menit oom nyusul ya?"."Jangan2 nanti Win sdh kecantol cowok lain seblm oom datang"gurauku. Win dgn mimik gemes mencubit lenganku sambil ngomong:"Oom kalau ngomong janganyg aneh2 ya?. Awas nanti disana" kemudian dia langsung turun tangga sambil membawa tas kecil dan dompet yg menggantung dipundaknya. Kira 10 menit kemudian aku turun dan naik becak ke restauran tsb, saat aku turun dr becak Win sdh tahu dan menghampiriku serta menggandengan tanganku erat2 jalan masuk ke RM. Win ternyata sudah pesan kopi susu serta nasi + telor mata sapi kesukaanku dan sandwich 1 potong. Aku bilang:"Waah kamu blm dicantol orang ya?". "Oom jangan gitu, yg bisa nyantol Win ya cuma oom sendiri" sahutnya sambil mencubit lenganku lagi dgn gemas. "Win, oom jangan dicubiti toch, lihat nanti punggung dan dada oom yg penuh cacat kena cengkraman tangan dan gigitanmu saat Win mau klimaks" kataku . "Oya, tapi Win betul2 tanpa sadar melakukannya. Pantas dipunggung oom ada goresan2 Win kira kenapa apa" sahutnya.Sambil ngomong dan makan, Win bilang nanti ketoko dulu utk beli celana renang buatku dulu. Aku setuju, malah aku bilang utk ke super market dulu utk beli makan kecil serta rok dan parfum.Win menolak dgn bilang:"Oom jangan beli rok dan parfum utk Win, Win lebih suka parfum asli tubuh Win juga rok nanti kalau sdh tak mode juga kepakai, jadi sayang kenangan akan hilang. oom kan suka parfum aslinya Win. kan?" tanyanya."Pasti sayang, kan tiap malam oom sdh bercampur dgn parfumnya Win toch.". "Kalau oom berkenan spy kenangan itu tetap abadi dan akan Win pakai terus lebih baik cincin saja". "Kalau Win maunya gitu, oom ikut saja". "Nanti Win pilih 2 biji, yg satu spt wedding ring yg satu pakai permata, tapi nggak usah yg mahal2" jelasnya.
"Terserah sama Win dah" kataku sambil kugenggam tangannya erat2. Saat jam sdh menunjukkan pk. 8 lewat, kita berangkat menuju komples pertokoan di Jl. Kayutangan. Disana Win membeli macam2 makanan kecil tapi anehnya tiap macam hanya 1 biji, lalu Win mengajak ke toko yg jual swimsuit. Lalu dia pilih celana renang dan pilih yg warna biru,"Yg ini saja ya oom?. "Terserah Win". Selama berjalan Win selalu menggandeng tanganku lalu memepetkan payu daranya kelenganku dan kepalanya kadang disandarkan kebahuku. Win jalan dgn manjanya dan sedikit genit, hingga orang yg melihat kelihatan kagum akan kemesraan kita. Win mengajak ketoko perhiasan disitu Win pilih2 cincin setelah ada yg cocok ditunjukkan pdku dan aku sih oke saja hanya kuanjurkan jangan yg telalu kecil beratnya, tapi Win bilang:"Yg kecil saja cukup yg penting kesan dan kenangannya". Setelah tawar menawar, kubayar cincin itu lalu kita jalan terus dgn mesranya menyusuri sepanjang pertokoan. "Gimana beli parfum dan rok ya?"tanyaku saja. "Nggak oom, Win cuma kenal bedak dan lipsticks saja, kan oom lihat yg ada dimeja rias Win". "Oke kalau gitu beli bedak dan lipstick serta BH dan CD ya?" tanyaku. "Eeeeh..kalau ngomong jangan macam2" sahutnya sambil mencubit pahaku. Akhir Win mau ke department store dan Win kuminta beli bedak dan lipstick kebiasaannya juga sekalian BH dan CD nya, setelah itu kita jalan menuju tempat tunggu angkutan yg menuju Batu. Sampai di Batu aku minta turun depan hotel Kartika Wijaya, kita langsung check in sebab sdh jam 11.40. Kamarnya punya view kepegunungan dan dibelakang hotel ada kolam renang Win tampak ceria dan bahagia sekali ia selalu menempel terus ketubuhku kemana saja aku pergi spt ada magnetnya saja. Siang itu kita makan di restoran hotel saja karena malas keluar lagi, saat makan itu aku diminta utk memasangkan 2 cincin dijari manis tangan kiri serta kanannya. Habis aku pasang, Win langsung merangkul leherku dan menciumku, aku balas juga ciumannya, hingga sempat jadi tontonan sesaat buat tamu restoran. Siang itu kita istirahat sambil berpelukan, tidur tindih menindih gantian sambil kuajari cara berciuman dgn mengeluarkan lidahnya utk bisa dikulum. Win merasa senang sekali dgn ajaran itu hingga sering dipraktekan sekarang saat kucium.
Aku jadi terbangun saat merasa ada orang yg mencium aku, saat membuka mata ternyata Win yg mencium sambil duduk disampingku sudah dlm pakaian swim suit. Waaah indah sekali sexy tubuhnya dlm pakaian swim suit, payu daranya menonjol dgn kelihatan bagian atasnya yg putih agak sedikit mencuat. "Ayo oom kita renang" sambil membawa celana renangku. Aku bangun dan pakai celana renang, lalu kita pergi ke kolam renang. Disana Wim langsung masuk kolam, karena banyak tamu pria lain yg renang matanya memandang terus bagian dadanya. Aku ikut masuk tapi tak renang hanya menemani Win dlm kolam. Win bilang:"Oom, Win kalau renang sendiri sulit sebab banyak cowok2 terutama yg sebaya langsung datang mengajak ngobrol tapi matanya ya cuma mandang payu daranya Win, jadi lama Win tak pernah renang". Setelah renang 1 1/2 jam, Win selesai renang dan sekaligus mandi dipancuran bersamaku, dia menyabuni tubuhku dan aku menyabuni tubuhnya Win, hingga banyak mata tamu yg melotot melihatnya. Selesai mandi kita langsung balik kamar dan tiduran sebentar berdua sambil Win terus minta dipeluk. Kira2 pk 6 sore, Win mengajak jalan2 keluar sekalian makan malam. Dia mengenakan celana ketat hitamnya dgn kaos yg kuning ketat dan retsluiting terbuka didadanya. Betul2 pemandangan yg menggiurkan bagi laki2. Win tetap berjalan dgn menggandeng tanganku atau merangkul pinggangku, hingga kita tampak mesra sekali . Karena penampilan Win dlm pakaiannya itu kita dijalan menjadi perhatian banyak turis domestik yg ketemu. Jam 9 malam lebih kita kembali kehotel dan aku duduk nonton TV sedang Win langsung duduk dipangkuan ku dgn tangannya merangkul leherku.Kupeluk dia sambil berciuman mesra dan tanganku mulai nakal main dan menyusup kebukaan retsluiting itu utk meraih payu daranya yg sintal itu dan me-remas2 nya dgn penuh kemesraan. Win mulai mengaduh per-lahan2 dan kancing serta retsluiting celananya mulai kubuka tapi karena ketat Win harus berdiri dulu utk melepasnya sekaligus CD nya dan kemudian kaos ketatnya pun aku bantu membukanya serta BH nya. Win juga membantuku melepas pakaian, hingga sekejap kita sdh bugil berdua. Aku tidur diranjang dan Win telungkup diatas hingga payu daranya menempel ketat didadaku. Win mulai mempraktekan ciuman dan mengisap kontolku dgn tehnik yg kuajari selanjutnya aku yg membimbingnya agar Win dpt mencapai klimaks bersamaku dan setelah itu Win minta agar punyaku jangan dicabut keluar spy tetap tinggal didlm vaginya, katanya suapaya badannya tetap hangat. Jadi malam itu kita tidur dgn kontolku didlm vaginanya. Paginya saat aku bangun jam 4 aku terasa kontolku sh tegang lagi tetapi rasanya masih tetap dlm vaginanya Win. Karena kontolku ber-gerak2 membesar Win jadi terbangun dan langsung kita bermain cinta lagi sampai Win dan aku mencapai puncak ber-sama2. Sejak itulah tiap malam aku selalu tidur bersama Win, sekarang Win yg lebih sering kekamarku dan tiap malam Win selalu mempraktekan tehnik yg kuajarkan sekali atau dua kali, sampai hari kepulanganku. Memang Win seorang yg pantas jadi istriku sebab kecocokan dlm kehidupan se-hari dgnku, apalagi Win bukan type pemeras dan mata duitan walaupun hidupnya sederhana, sayang ketemu nya terlambat. Sampai hari ini Win kadang2 masih menginterlokal aku,dan aku juga minimum 1 bulan sekali kontak dia.

Yu Nem - Pembantu Bulik

1 komentar
Cerita ini terjadi setelah aku lulus SMU. Karena keterbatasan biaya, orang tuaku mengirimkan aku ke kota XX, di tempat Bu Lik – Ku. Maklum, orang tuaku hanya petani sederhana, sehingga untuk menyekolahkan anaknya, terbentur masalah dana, sedang di rumah, 4 adikku yang masih kecil, lebih membutuhkannya. Untuk makan sehari – hari saja, masih pas – pas – an. Aku tinggal di tempat Bu Lik dari lulus SD sampai lulus SMU sekarang ini.
=============
AKU terjaga saat kurasakan sesuatu yang dingin menyentuh kakiku.
"Gus .... bangun, sudah sore. Mandi dulu. Ayo... bangun." Aku terbangun. Yu Nem berdiri di ujung tempat tidurku. Tangan kanannya mengguncang-guncang kakiku. Aku meliukkan badan, dan mataku terpejam lagi.
"Heeeh... ayo bangun. Mandi dulu," Yu Nem kembali mengguncangkan kakiku.
Aku membalikkan badan. Enak sekali tidurku. Rasanya masih ingin tidur lagi. Kulirik jam dinding menunjuk pukul 4 sore lebih.
"Bu Lik sudah pulang, Yu?" tanyaku. Yu Nem menggeleng, dan kembali memintaku mandi. Oh ya, umurku waktu itu 19 tahun. Yu Nem adalah salah satu pembantu kami . Umurnya sekitar 40 tahun. Dia sudah lama ikut kami. Dia satu dari tiga pembantu kami. Yu Nem bertugas melayani keperluanku dan keperluan Bu Lik. Mulai dari mempersiapkan keperluan mandi, makan, apa saja. Karena itu aku lebih dekat dengan Yu Nem daripada dengan Mbah Karso atau Yu Parmi.
"Bu Lik kok belum pulang to Yu?" tanyaku. Yu Nem duduk di tepi ranjang.
"Mungkin sampai malam. Kan kulakan dulu….."
Bu Lik adalah pedagang hasil bumi. Selain menerima setoran hasil bumi dari para petani, seringkali Bu Lik "hunting" dagangan sampai ke kota-kota kecamatan. Sesekali aku diajak.
"Ayo mandi dulu Gus," kata Yu Nem. Aku pun beranjak. Yu Nem mengangsurkan handuk, dan aku menuju kamar mandi. Yu Nem mengikutiku.
"Kok sepi?" tanyaku.
"Mbah Karso sama Parmi lagi nagih."
Mbah Karso dan Yu Parmi adalah dua pembantu kami lainnya. Beberapa pengrajin tempe dan tahu seringkali ambil kedelai dari Bu Lik, dan bayarnya beberapa hari kemudian. Para pembantu kami seringkali yang disuruh menagih.
Selesai mandi, ini yang tak aku sangka-sangka, Yu Nem bertanya, "Kangen sama Ibu ya?" Ibu yang dimaksud perempuan itu adalah Bu Lik. Pertanyaan Yu Nem bernada menyelidik, sedikit meledek. Dia tersenyum penuh arti. Aku menyambar koran, dan duduk di bangku teras. Aku paling senang komik serial Tarzan. Biasanya sore begini aku membaca bersama Bu Lik. Yu Nem di sebelahku.
"Ayo cerita dong Gus," katanya.
"Cerita apa?"
"Cerita Gus sama Ibu." Aku terperanjat. "Yu Nem tahu kok Gus. Mbah Karso, Parmi juga tahu. Tapi tenang saja, rahasianya aman."
Aku benar-benar mati kutu. Rupanya perzinaanku dengan Bu Lik sudah diketahui ketiga pembantuku.
"Kalau sudah tahu ya sudah. Napa suruh cerita," sahutku agak kesal. Yu Nem tersenyum.
"Pengin denger saja. Sudah pinter ya Gus?"
"Apaan sih?" aku terus menatap koran, tapi pikiranku agak kacau.
"Ehh tapi jangan bilang ke Ibu ya kalau kami sudah tahu." Aku diam saja.
"Bener lho jangan bilang." lalu Yu Nem pergi.
Malamnya, aku nonton TV ditunggui Yu Nem. Dari dulu memang begitu. Kalau Bu Lik kecapekan dan tak bisa menunggui nonton TV maupun belajar, disuruhnya Yu Nem menemaniku. Waktu awal – awal SMP perempuan itu malah kerap membantuku mengerjakan PR. Tetapi setelah kelas 2 SMP, dia mulai tidak bisa mengikuti pelajaranku. Maklum, dia cuma sekolah sampai kelas 2 SMP, dan keburu di nikahkan oleh orang tuanya. Meskipun sekarang sudah diceraikan suaminya karena tidak mau dimadu. Dan kasih sayang Yu Nem kepada ku, karena dia menganggapku sebagai anaknya, yang tidak bisa didapatkannya dahulu dari suaminya.
Sekitar jam 9 aku mulai ngantuk dan menyudahi menonton TV. Yu Nem membantu membereskan koran – koran berserakan yang aku baca sedari tadi. Aku pun beranjak ke kamar.
"Mau ditemani bobo ndak Gus?" tiba-tiba Yu Nem bertanya.
Begitulah Yu Nem, yang masih selalu menganggapku anak kecil, tetap sayang dan perhatian, meski sekarang aku sudah bukan anak kecil lagi. Dulu waktu masih umur 13 - 15 tahun aku sering tidur dikeloni Yu Nem, atau Bu Lik Tapi semenjak masuk kelas 3 SMP, aku sudah tidur di kamar sendiri. Entah kenapa, rasanya pengin juga seperti dulu, tidur ditemani Yu Nem. Beda dengan Bu Lik, Yu Nem kalau ngeloni suka sabar. Sering mendongeng sambil mengusap-usap penggungku, dan aku memainkan ujung sikunya. Sampai tertidur.
"He-eh" kataku.
Aku merebahkan tubuh di ranjang. Yu Nem juga rebahan di sebelahku. Kami tidur satu bantal karena memang hanya ada satu bantal di tempat tidurku. Aroma perempuan ini belum berubah. Rambutnya berbau minyak cem-ceman. Minyak ini terbuat dari minyak kelapa dicampur daun pandan dan rempah- rempah lain. Dia mengenakan kemeja lengan pendek, dan jarik yang digulung sebatas pusar. Semua pembantuku kesehariannya ya begitu. Jariknya sedikit di bawah lutut. Yu Nem meraih tubuhku, dan mengelus-elus punggungku.
"Sudah lama ya Gus, ndak bobo sama Yu Nem. Wajahku hanya beberapa inci dari wajahnya. Terasa lembut nafasnya. Bau nafasnya gurih. Rasanya amat menenteramkan.
"He-eh," sahutku pendek sambil memejamkan mata.
"Berapa kali gituan sama Ibu?" pertanyaan itu menyentakkanku, menghilangkan kantuk. "Ndak pa-pa cerita sama Yu Nem." Dia menunggu reaksiku. Tangannya masih mengelus-elus punggungku.
"Sudah ndak kehitung ya? Ati-ati ya Gus, nanti kayak Gus Bambang, ketahuan terus diusir. Semua kena malu."
"Memangnya Mas Bambang juga gituan sama Bu Lik?" tanyaku ingin tahu. Dulu, waktu awal SMU, aku memang mendengar selentingan kasus itu. Tapi karena umurku yang belum cukup mampu mencerna pembicaraan orang, aku tidak pernah mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
"Iya. Dasarnya Gus Bambang ndak bisa menjaga rahasia, jadi yaa rahasianya kesebar." Lalu Yu Nem bercerita panjang lebar tentang skandal Bu Lik dengan Mas Bambang, sepupuku yang berarti juga masih keponakan Bu Lik beberapa tahun yang lalu. Yu Nem juga bercerita bagaimana Mas Bambang pun pernah meniduri Yu Nem dan Mbah Karso.
"Yu Nem kok mau?"
"Yaa ndak berani nolak to Gus," jawabnya.
"Berapa kali Yu?"
"Ahh banyak." Lalu Yu Nem memintaku bercerita tentang perzinaanku dengan Bu Lik.
"Malu Yu ahh," sahutku.
"Kok malu, Yu Nem juga sudah cerita." Lama aku terdiam.
"Ayo cerita." Yu Nem mencubit hidungku. "Pertamanya dipaksa ya?"
"He-eh," sahutku. Yu Nem tertawa kecil.
"Lama-lama Gus yang minta?"
"Ndak. Ndak berani to Yu."
"Disuruh cium-cium anunya Ibu juga?"
"Ihhh kok Yu Nem ..."
"Dulu Gus Bambang suka cerita kok." Aku heran, kok Mas Bambang bisa cerita ke Yu Nem. Pantesan affairnya dengan Bu Lik terbongkar dan menggegerkan keluarga besar Bu Lik.
"Gus ketagihan ndak? Kalau pas pengin gimana? Kan ndak berani minta ke Ibu?"
"Ya diem. Ditahan." Yu Nem terkikih.
"Minta sama Yu Nem to, kayak Gus Bambang."
"Idiih..." Yu Nem tertawa kecil.
"Sekarang lagi pengin ndak?" Aku diam tak menjawab.
"Mumpung ada Yu Nem...." Kalimat itu membuatku tergetar.
"Yu Nem mau kok Gus."
Tiba-tiba kurasakan elusan Yu Nem terasa aneh. Membuat bulu-bulu di tubuhku meremang. Darahku berdesir. Dan tak kuduga, Yu Nem mencium bibirku. Lembut. Lidahnya menerobos ke dalam mulutku, mencari-cari. Dihisapnya bibirku, dicarinya lidahku. Kami berpagutan. Tangan Yu Nem berpindah ke perutku, mengusap, meremas, dan menerobos masuk ke celana.
"Sama Yu Nem ya Gus?"
Tanpa menjawab aku membuka kancing baju Yu Nem, dan mengeluarkan sepasang tetek dari dalam kutangnya. Aku menghisapnya, memilin dan menggigitnya. Yu Nem mendesah-desah. Tangannya meremas penisku. Disingkapnya jariknya hingga menampakkan paha yang padat dan mulus. Dia lepas CD-nya, dan meraih tanganku, dibawanya ke selangkangan. Lalu dilepasnya celanaku.
Terasa penisku masuk ke dalam mulut hingga terdengar bunyi yang menggairahkan. "Crop...cropp..."
Yu Nem memutar tubuhnya, mengarahkan vaginanya tepat di depan mulutku. Lalu ditekannya pinggul, hingga vagina itu menempel di mulutku. Refleks lidahku terjulur. Yu Nem mengerang keras. Di tekan lagi, dan digoyangkannya pantat bulat itu. Aku coba menghindar karena nafasku jadi sesak. Tapi Yu Nem kembali menekan sambi terus melumat penisku dengan rakus.
Perempuan itu adalah janda yang sudah lama cerai dari suaminya. Mungkin dia memang sangat butuh sentuhan seperti halnya Bu Lik. Bedanya, Bu Lik bisa melampiaskan ke aku atau Mas Bambang, dan mungkin ke lelaki lain. Sedangkan Yu Nem, mana bisa. Kini di hadapannya ada aku. Lelaki kencur tapi sudah mahir bersenggama.
Yu Nem mengangkat pantatnya, dan "Gus.. digigit itilnya." Aku menggigit lembut itil itu. Aromanya memang tidak sewangi vagina Bu Lik. Tapi sangat terasa lubangnya masih sempit. Vagina yang belum pernah mengeluarkan bayi. Yu Nem kembali mengerang. Penisku disedot kuat-kuat. Aku lap vaginanya yang basah lendir bencampur ludahku dengan ujung jariknya, lalu kujilat-jilat lagi. Nafsuku sudah sampai di ubun-ubun. Yu Nem membalikkan badan. Dipegangnya penisku dan diarahkan ke lubang vaginanya. Samar-samar aku lihat wajahnya meringis seperti menahan sakit. Dia berhenti sejenak, lalu mencoba menekan vaginanya. Ujung penisku mulai masuk. Dia kembali mendorong sehingga seluruh penisku masuk. Aku tidak tahu kenapa vagina Yu Nem begitu sempitnya, sampai-sampai penisku yang sebenarnya tidak besar pun sulit masuk.
Begitu seluruh penis tenggelam dalam vaginanya, Yu Nem menggereng. Seperti suara kereta api. Dia mencengkeram lenganku. Ditekannya tubuhnya seolah ingin menelan habis tubuhku. Digoyang-goyang tubuhnya.
Ahh Yu Nem memang tidak semahir Bu Lik. Ketika dengan Bu Lik, aku merasakan kenikmatan yang luar biasa sehingga cepat sekali keluar. Seringkali ketika ronde kedua baru Bu Lik mencapai puncaknya. Kini Yu Nem sepertinya sudah sampai di puncak, sedangkan aku belum apa-apa. Perempuan itu lemas di atas tubuhku.
"Gus belum keluar?"
"Belum."
Dia membalikkan badan, telentang, dan memintaku menaiki tubuhnya.
"Pelan-pelan ya?" katanya sambil mengarahkan penisku ke lubang vaginanya. Aku menekan penisku. Yu Nem merintih menahan sakit. Dia memintaku pelan-pelan. Belakangan baru aku tahu, rasa sakit itu dikarenakan dia sudah lama tidak gituan, sehingga lubang vaginanya seperti menyempit.
Ketika seluruh penisku berada dalam cengkeraman vaginanya, akupun mulai memompa. Mula-mula dia terlihat pasif. Tetapi lama-lama kurasakan dia kembali terangsang dan mengimbangiku. Keringatnya bercucuran, menimbulkan aroma yang menyengat. Dalam kondisi normal mungkin aku muak dengan bau itu. Tetapi di tengah nafsu yang menjeratku, aku sangat menikmati aroma itu. Bahkan kemudian kuangkat tangannya sehingga nampak sepasang ketiak yang ditumbuhi bulu yang sangat lebat. Aromanya benar-benar menyengat tajam. Aku benamkan wajahku ke ketiak itu. Dia menggelinjang menerima jilatanku. Aku terus menggenjot dengan hebat.
"Ohhh Gus.. Yu Nem ndak tahan lagi..."
Beberapa saat kemudian aku mengejang.
"Buang di luar Gus..." kata Yu Nem. Sepertinya dia tahu apa yang akan terjadi. "Nanti Yu Nem hamil. Buang di perut..."
Aku tarik keluar penisku, aku tempelkan di perutnya, dan aku tekan dengan kuat, merasakan semprotkan maniku. "Creettt.....crettt..."
Aku dipeluknya dengan erat, dan diciumnya wajahku, bibirku, kupingku. Aku jatuh telentang di sebelahnya. Tanpa kuduga, dia hampiri penisku, dan dihisap-hisapnya sisa-sisa maniku. Juga sebagian yang ada di perutnya.
Malam itu aku tertidur pulas.
Aku terbangun oleh suara Bu Lik, memintaku segera mandi dan mengantar pesanan Tahu Tempe ke pelanggan. Sekilas kulihat wajah Bu Lik menegang. Mungkin kecapekan dari bepergian. Tetapi memang ada yang ganjil. Suaranya amat berat. Dia seperti menghardikku....
Pulang mengantar pesanan, barulah semuanya terjawab. Yu Nem menyeretku dengan wajah tegang.
"Jangan cerita ke Ibu bahwa Gus sama Yu Nem gituan," katanya. Perempuan itu bercerita bahwa pagi tadi dia dipanggil Bu Lik, diinterograsi. Ditanya kenapa Yu Nem tidur di kamarku. Mula-mula Yu Nem mengelak. Tapi Bu Lik bilang, bantalku beraroma minyam cem-ceman. Satu-satunya yang dituduh adalah Yu Nem karena dia yang paling dekat denganku. Akhirnya Yu Nem mengaku bahwa dia memang tidur di kamarku karena aku yang minta ditemani. Tidur biasa, tidak ngapa-ngapain.
"Bener ya Gus, jangan bilang. Pokoknya jangan ngaku." Wajah Yu Nem benar-benar tegang. Aku sendiri merasa sangat takut. Takut gagal membohongi Bu Lik.
Malamnya, di kamarku Bu Lik menanyaiku. Karung bantal sudah tak beraroma cem-ceman lagi. Sudah diganti.
"Kenapa Yu Nem tidur di sini tadi malam?" tanya Bu Lik.
"Saya takut Bu Lik. Sepi sekali tadi malam ndak ada Bu Lik," jawabku berbohong dengan kecemasan yang seakan hendak membunuhku.
"Ndak boleh. Gus ndak boleh tidur dengan pembantu. Ngerti?!" Aku mengangguk.
"Gituan sama Yu Nem ya?" tanyanya. Aku memang sudah menduga akan ditanya begitu. Tapi tetap saja aku amat takut, berdebar-debar. Ngeri.
"Ndak kok Bu Lik. Saya ndak mau to."
"Bener …………?"
"Iya bener Bu Lik." Perempuan itu menarik nafas, lalu mencium pipiku.
"Bu Lik ndak mau kamu gituan sama perempuan lain. Sama Bu Lik saja." Dia memagut bibirku. Malam itu aku disetubuhi Bu Lik.
Sejak peristiwa dengan Yu Nem, aku memang sangat ingin mengulangi. Kesempatan kecil selalu kami gunakan. Kadang-kadang di dalam kamar Yu Nem di tengah malam buta. Tapi seringnya di gudang, di antara tumpukan karung-karung palawija, dalam kegelapan. Setelah selesai, kami menyelinap keluar, persis maling..

** TUTUP BUKU **

di selingkuhin istri........

0 komentar
Aku telah menikah lebih dari 8 tahun, istriku Erni adalah seorang wanita yang cantik dan menggairahkan. Semua yang dapat kugambarkan tentang sosoknya hanyalah, aku tak mungkin bisa mendapatkan seorang pasangan hidup sebaik dia. Akhir-akhir ini kesibukanku di kantor membuat kehidupan rumah tanggaku sedikit tergoncang, pagi-pagi sekali sudah berangkat dan pulang sudah larut malam. Erni tak bekerja, dia hanya mengurus rumah, jadi bisa dikatakan dia sendirian saja di rumah tanpa teman, tanpa pembantu selama kutinggal kerja. Tapi terkadang dia pergi keluar dengan teman- temannya, tapi dia selalu menghubungiku lewat telepon sebelum pergi. Hari Rabu, pekerjaanku di kantor selesai lebih awal, dan ingin pulang dan mengajak Erni keluar untuk menebus semua waktuku untuknya. Aku meninggalkan kantor sebelum jam makan siang dan memberitahukan pada sekretarisku bahwa aku tidak akan kembali ke kantor lagi hari ini. Kupacu mobilku secepatnya agar segera sampai di rumah dan mungkin aku akan mendapatkan kenikmatan siang hari sebelum kami pergi keluar. Saat hampir tiba di rumahku, kulihat ada sebuah mobil yang diparkir di depan. Aku pikir itu mungkin milik temannya. Aku lalu keluar dari mobil dan melangkah masuk ke dalam rumah. Kubuka pintu depan, sengaja aku tak mengeluarkan suara untuk mengejutkannya. Di ruang tengah tak kujumpai siapa pun, lalu aku melangkah ke dapur, tapi tetap tak ada seorang pun kutemui. Mungkin mereka ada di kamar tidur, perempuan bisanya berada di sana untuk mencoba beberapa pakaian barunya. Semakin mendekat ke pintu kudengar suara, kucoba mencermati pendengaranku dan mencoba untuk mendengarkannya dengan seksama. Ini adalah hari dimana aku berharap seharusnya berada di kantor saja. Begitu kuintip dari pinggir pintu yang sedikit terbuka, kusaksikan istriku berada dalam pelukan lelaki lain, istriku dalam posisi merangkak dengan batang penis lelaki itu terkubur dalam lubang anusnya.. "Oh bangsat, lebih keras lagi dong!" perintah istriku. "Kamu menyukainya kan, jalang, kamu suka penisku dalam anusmu, iya kan?" "Oh ya Bud, kamu tahu itu!" Aku berdiri mematung di sana tanpa mampu bereaksi, terlalu shock untuk mengatakan atau melakukan sesuatu dan hanya menyaksikan pemandangan mengejutkan ini. Istriku, yang aku bersedia mati untuknya, sedang melakukan anal seks dengan lelaki ini, sebuah hal yang kuinginkan tetapi tak pernah mau dia lakukan bersamaku. Dan sekarang dia melakukannya dengan lelaki ini! Aku terpaku memandangnya mengayunkan bongkahan pantatnya yang indah, kepalanya menggantung ke bawah dan sekujur tubuhnya bermandikan keringat mengisyaratkan pada lelaki ini agar memberinya lebih lagi. Air mata mengaburkan pandanganku dan kedua kakiku seakan direkat pada lantai membuatku tak bisa beranjak dari sana dan menyaksikan keseluruhan peristiwa ini. Serasa hancur hatiku saat lelaki itu menjambak rambutnya dan menarik kepalanya ke belakang dan memanggil istriku dengan sebutan 'jalang', dan memaksakan batang penisnya masuk ke dalam lubang anus istriku yang terlihat mengerut. Istriku memohon agar lebih dalam lagi dan pinggulnya menghantam berlawanan dengan pinggang lelaki ini. Dengan tangan kanannya, lelaki itu menjangkau ke bawah tubuh istriku dan menggenggam payudaranya yang sekal, menjepit ujung puting susunya yang kecoklatan dengan keras sekali, jeritan yang keluar dari bibir istriku menandakan bahwa dia merasakan kesakitan. Kami tidak pernah bercinta dengan cara begitu, kami selalu melakukannya dengan penuh cinta, aku tak pernah ingin menyakitinya dan aku tak mengerti bagaimana dia bisa menyukai saat diperlakukan kasar seperti ini. "Ya Budi, puaskan aku, beri aku apa yang tak dapat diberikan suamiku, kamu tahu betapa senangnya aku saat kamu melakukannya sayang!" Lelaki ini semakin menarik rambutnya dengan keras dan juga menarik payudaranya ke samping hingga kupikir puting susunya akan terkoyak karenanya, tapi dari bibirnya malah keluar jerit an memohon lagi. Aku harap aku dapat menikmati hal ini dan dapat bergabung dengan mereka, tapi aku tak bisa. Budi, itu nama lelaki ini yang kudengar disebutkan istriku, mengatakan padanya bahwa dia akan meraih orgasmenya, dan dia menarik keluar batang penisnya dari lubang anus istriku. Istriku memutar tubuhnya dengan cepat dan menaruh batang penisnya yang masih berlumuran cairan dari lubang anusnya sendiri itu ke dalam mulutnya, mulut yang sama yang aku suka menciumnya selama 8 tahun terakhir ini, 10 tahun jika kuhitung sejak kami pertama berkencan sewaktu kuliah dulu. Hampir saja aku muntah begitu dia menelan penis kotornya itu ke dalam mulutnya dan menghisap spermanya begitu lelaki ini menyemburkan spermanya dengan hebat hingga tumpah sampai ke dagunya. "Benar begitu penghisap penisku, hisap terus jalang, telan spermaku pelacurku." Ingin rasanya kubunuh lelaki itu, bagaimana mungkin dia bisa memanggil wanita secantik ini dengan sebutan kotor begitu. Bagaimana bisa istriku membiarkannya memanggilnya dengan sebutan itu. Seperti seorang bodoh saja saat aku melihat dan mendengarkan aksi mereka saat istriku menyelesaikan hisapannya pada batang penis lelaki ini. Dengan kasar dia menarik wajah istriku mendekat padanya untuk mencium bibirnya yang penuh. Memasukkan lidahnya ke dalam mulutnya saat istriku dengan senang menghisapnya. Tangan lelaki itu berada pada bongkahan pantat istriku, menekan tubuhnya agar merapat saat mereka berciuman layaknya sepasang remaja yang sedang dimabuk cinta. Akhirnya aku baru bisa bergerak, dan aku berbalik lalu melangkah ke ruang keluarga kami, duduk di atas sofa sambil memegangi kepalaku, kedua sikuku bertumpu pada paha. Air mata meleleh membasahi wajahku mengingat segala peristiwa mengejutkan yang baru saja kusaksikan. Memikirkan tentang bagaimana dan apa yang membuat Erni melakukan perbuatan terkutuk ini padaku. Aku selalu memperlakukannya dengan penuh cinta dan kasih sayang, kami mempunyai kehidupan seks yang indah, setidaknya itu menurutku. Aku selalu melihatnya mendapatkan orgasme setiap kali kami bercinta. Dia tak pernah menuntut padaku bahwa dia menginginkan lagi dan aku pasti akan memenuhinya. Apa yang membuatnya melakukan ini. Aku pikir aku akan melihat mereka keluar dari dalam kamar sebentar lagi, tapi aku salah. Aku tak ingin melihat apa yang mereka lakukan, tapi ada sesuatu dari dalam diriku yang mendorongku untuk kembali ke kamar itu. Saat aku kembali mengintip dari balik pintu, kedua kaki istriku berada di bahu lelaki ini dan dia sekarang sedang menyetubuhi vaginanya, lubang yang sama dimana kudapatkan kenikmatan selama 10 tahun. Tak dapat kupercaya pendengaranku akan kata-kata hina yang keluar dari mulut manis istriku. "Oh ya, puaskan aku dengan penismu, isi mulutku lagi dengan spermamu. Lebih keras Budi, berikan yang aku mau, lebih keras lagi bangsat!!" Belum pernah kudengar dia berkata seperti ini sebelumnya. "Ya jalang, milik siapa vagina lezat ini?" "Oh milikmu Budi, semuanya milikmu sayang." Setiap kata yang terucap seakan sebilah belati yang menghunjam ke hatiku, merobeknya menjadi berkeping- keping seiring pinggul istriku bergoyang mengiringi hentakan lelaki ini dengan gairah yang belum pernah kulihat darinya. Sebuah pemikiran melintas dalam benakku, aku senang, senang karena sampai dengan saat ini kami belum mempunyai seorang anak yang akan menemukan bahwa ibunya adalah seorang pelacur! "Siapa yang dapat memuaskanmu, siapa yang mampu memenuhi keinginanmu?" "Kamu Budi, hanya kamu yang bisa memberiku!" Apa yang harus kulakukan, pergi, tetap di sini, melabrak mereka, atau hanya menghajar lelaki ini? Tak kulakukan apa pun, selain hanya melihat. Mungkin jika aku lebih dari seorang pria, atau setidaknya lebih dari seorang pria yang tega, aku akan melakukan sesuatu daripada hanya berdiri saja di sini. Seharusnya kulabrak mereka, menghajar mereka berdua, atau apa pun, tapi aku hanya menyaksikan perbuatan mereka dengan hati yang hancur berkeping- keping. Nafsu istriku b egitu besar dan lelaki itu memuaskannya, mereka bersetubuh seperti sepasang binatang di atas ranjang cinta kami. Bed covernya sudah sangat kusut seperti kedua pakaian mereka yang tercampak di lantai dalam pergulatan birahi mereka berdua. Kusaksikan batang penisnya yang keras ditarik hampir keluar seluruhnya dan dilesakkannya kembali dengan hentakan yang mampu membuat pinggul istriku terangkat dengan kedua pahanya yang terpentang lebar untuk menerima seluruh batang keras milik lelaki itu ke dalam vaginanya. "Puaskan aku sayang, berikan penismu padaku. Jangan coba berhenti, jangan pernah berhenti!" Kembali mereka berciuman dengan begitu bernafsu. Pinggul mereka saling menghantam berulang kali. Mereka tak menyadari kehadiranku di belakang mereka yang sebenarnya bahkan hanya dengan menolehkan kepalanya saja mereka akan dapat melihatku yang sedang berdiri mengintip dari balik pintu. Tapi mereka sedang sibuk dengan kegiatannya yang lebih penting sekarang, pendakian untuk sebuah orgasme lagi. Sudah cukup apa yang kusaksikan, lebih dari apa yang ingin kulihat. Aku bebalik dan keluar dari rumah. Kukendarai mobil di bawah sinar mentari yang cerah sampai mataku terbakar, dari sinar mentari dan dari air mata. Kejadian yang baru saja kusaksikan berputar dalam benakku. Aku berhenti pada sebuah kafe dan memesan segelas minuman yang paling keras. Kutatap jam di dinding hingga jarum jam menunjukkan pukul 7 malam, kembali ke mobilku dan pulang ke rumah kami, jika masih bisa disebut rumah kami sekarang. Baru saja aku masuk ke dalam, aku langsung bertemu dengan Erni, dia hendak mencium bibirku, tapi kulengoskan mukaku. "Ada yang salah, sayang?" tanyanya. "Nggak, hanya capai saja!" Kami melangkah ke meja makan dan saling berbincang sebentar, aku lebih pendiam daripada biasanya, dan dia berlagak seolah tak ada apa pun yang terjadi hari ini. Kuselesaikan makan malamku dan beranjak untuk mandi, berharap aku mampu mencuci ingatan mengerikan tentang istriku yang berselingkuh dengan lelaki lain dari benakku, tapi itu tak terjadi. Aku naik ke pembaringan, tak dapat tidur dengan nyenyak karena ingatan akan istriku yang bertingkah seperti seorang pelacur yang haus akan batang penis sedang memuaskan lelaki bangsat yang bernama Budi. Memberinya apa yang seharusnya hanya untukku. Rasanya jarum jam tak akan pernah beranjak ke pukul 6 pagi agar aku dapat pergi dari sini dan merenung. ***** Hari ini seakan berlalu dengan sangat lambat, akhirnya jam 11 siang tiba. Kukendarai mobilku dan kembali ke rumah. Kembali kulihat mobil Budi terparkir di depan rumah. Kemarahanku sekarang sudah melampaui batasnya. Dengan tergesa aku mesuk ke dalam rumah dan menemukan mereka berdua sedang bergulat di atas ranjang kami lagi. Dengan marah kuteriakkan padanya agar menjauh dari istriku dan mengusirnya keluar dari rumahku. Budi hanya tertawa dan dengan batang penis yang masih berlumuran dengan cairan istriku, dia mengenakan pakaiannya, sedangkan Erni berusaha untuk menjelaskan semuanya. Tak ada satu pun kata- kata yang ingin kudengar dari mulutnya. Setelah Budi pergi, kemudian Erni menemuiku di meja makan. "Erni, kenapa kamu lakukan semua ini? Apa yang terjadi?" "Penyebabnya kamu! Kamu nggak pernah ada, kamu nggak pernah memperhatikanku, mengajakku keluar. Yang kamu lakukan hanya kerja, kerja, kerja! Persetan dengan semua itu. Aku menginginkan lebih dari itu dan Budi memberinya." "Aku dapat memberimu lebih Erni, Aku akan memaafkanmu jika kamu menghentikan semua kegilaan ini. Aku tidak bisa hidup tanpa kamu!" Dia memandang tajam ke arahku. "Kamu boleh berkata sesukamu, aku tidak peduli. Kenyataannya kamu membuatku muak, kamu bukan seorang lelaki. Seorang lelaki akan membunuh pria yang berselingkuh dengan istrinya, tetapi kamu bahkan tak melakukan apa-apa. Kamu pecundang!" "Tolong jangan lakukan ini Erni, kamu tahu betapa aku mencintaimu." "Persetan dengan kamu!" dia meneriakiku, lalu menelepon Budi. "Budi, jemput aku, sekarang juga!" dan membanting teleponnya. Dia masuk ke dalam kamar dan tak lama kemudian keluar dengan membawa koper, lalu pergi untuk menunggu jemputan Budi. Lelaki bangsat ini datang tak lama berselang.. E N D

MENYIKSA SPG

0 komentar
Cerita ini muncul karena ulah SPG sombong yang menjaga pameran
otomotif di salah satu plaza di kotaku. Pada waktu itu aku dan
teman-temanku (berempat) sedang jalan-jalan ke plaza itu, lalu kami
melihat ada pameran mobil di sana. Iseng-iseng aku dan teman-teman
melihat mobil-mobil yang memang keren-keren itu, meskipun penampilan
kami memang sangat jauh dengan pengunjung-pengunjung lainnya yang
rapi-rapi. Sekalian cuci mata juga, soalnya para SPG-nya
cantik-cantik dan putih-putih serta mulus-mulus, mereka memakai rok
mini yang benar-benar serasi dengan tubuh mereka yang langsing dan
tinggi, kaki mereka yang jenjang sangat indah dipandang dari ujung
kaki sampai ke paha yang terbalut rok mini ketat warna merah. Wajah
mereka yang rata-rata Indo seperti bintang sinetron sangat
menyenangkan untuk dipandang, memang sangat cocok untuk mendampingi
mobil-mobil mewah yang sedang dipamerkan.

Sambil melihat, kupegang-pegang saja mobil yang di pamerkan dan
kucoba membuka dan metutup salah satu pintunya. Tiba-Tiba..., "Mas,
tolong kalau mau lihat ya dilihat saja, jangan dipegang-pegang, nanti
harus dibersihkan lagi," aku menoleh ke arah teguran itu berasal,
ternyata teguran tersebut berasal dari salah seorang SPG yang cantik,
meskipun aku tersinggung, aku sempat tertegun melihat paras dan body
cewek SPG yang satu ini. Wajah SPG yang ini seperti campuran Indo
Belanda, kebarat-kebaratan seperti itulah.

Masih setengah sadar, SPG itu ngomong lagi, "Tolong minggir dulu ya..
ini ada pembeli yang mau lihat". Aku menoleh ke sekitar, "Mana
pembelinya.." pikirku, yang ada masih lihat-lihat mobil di sebelah,
kali ini aku serasa benar-benar dilecehkan oleh SPG itu, dalam
pikiranku, "Sombong sekali cewek satu ini... padahal kan dia juga
sebagai penjaga, belum tentu bisa beli mobil itu juga." Sambil
berpikir begitu, tak terasa aku bertatap pandang dengan cewek SPG
itu, yang lebih mengesalkan wajahnya seakan-akan melihatku sebagai
makhluk yang tidak sepantasnya berdiri di situ. Kulihat juga
senyumnya yang benar-benar menyebalkan, seolah-olah menantang dan
sudah menang. Seraya tersenyum aku minggir juga.

"Ayo, cabut!" aku mengomando teman-temanku dengan nada yang masih
kesal karena pelecehan tadi. Aku langsung mengarahkan mereka ke
tempat parkir dengan tidak menyembunyikan wajah yang kesal. Mobil
Espass kami pun meluncur. Sepanjang perjalanan, kami terdiam,
teman-temanku tahu aku masih kesal, jadi mereka agak malas ngomong.

Setelah beberapa saat Aguk yang memegang kemudi memecah kesunyian,
"Kenapa lu? masih kesal sama SPG itu?" tanyanya kepadaku. Belum
sempat aku menimpali, Bimo buka suara, "Lu nggak remas aja pantatnya,
biar tau rasa dia." Tawa mereka berderai, tapi aku masih diam,
melihat gelagatku yang tidak bisa diajak bercanda, teman-temanku
ikutan diam. Tiba-Tiba Dodot mengeluarkan ide bagus, "Eh.. gimana
kalo kita culik aja tuh cewek!" Hatiku yang kesal ini bagaikan
mendapat siraman air yang menyegarkan, "Betul juga," pikirku, "Biar
ntar dia rasain gimana akibatnya kalau melecehkan aku" Aku tersenyum
menyeringai ke arah Dodot, dan kami langsung memutar mobil ke arah
plaza itu lagi.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, mulai terlihat
karyawan-karyawan dari plaza tersebut keluar untuk pulang. Kami
dengan sabar menunggu di depan plaza itu sambil mengawasi orang-orang
yang keluar.
"Gimana kalau keluar dari samping pertokoan?" tanya Bimo.
"Ah.. ya berarti nasibnya beruntung," jawabku cepat.
"Itu! itu!" Dodot setengah berteriak menunjuk ke suatu arah. Mata
kita semua langsung menjelajah ke arah yang ditunjuk Dodot.
"Bagus!" pikirku ketika melihat si SPG berjalan keluar plaza untuk
mencari kendaraan. Dia bersama seorang temannya yang kelihatannya SPG
juga, sudah mengenakan sehelai kain untuk menutupi roknya yang mini,
mereka berjalan menelusuri trotoar, rupanya rute angkutannya bukan di
jalan ini. Kami segera membuntutinya pelan-pelan sampai mereka
berhenti di perempatan yang sudah dikuasai oleh banyak angkota.
Mereka langsung masuk ke salah satu bemo yang ada, begitu bemo
tersebut berangkat, kami pun langsung mengikutinya.
Sampai di sebuah jalan, yang untungnya sepi sehingga sangat mendukung
operasi kami ini, si SPG turun. Tidak sedikit pun dia menaruh curiga
bahwa sebuah mobil telah mengikuti angkutannya sejak tadi. Setelah
bemo tersebut meninggalkannya cukup jauh, kami mulai mendekati SPG
itu yang kelihatannya masih harus berjalan kaki untuk mencapai
rumahnya. Tanpa buang-buang waktu Aguk mensejajarkan mobil kami di
samping SPG itu dan Dodot langsung membuka pintu samping Espass.
Kulihat SPG tersebut terkejut melihat ada mobil yang sangat dekat
dengan dirinya, dan tanpa disadari tangan Dodot sudah merenggut
tangan dan menarik tubuhnya ke dalam mobil. "Srreeekkk...," pintu
samping ditutup, mobil kami langsung melaju tanpa bekas, sementara si
SPG masih kebingungan dan akan berteriak, tetapi dengan sigap Bimo
langsung menutup mulutnya sehingga yang terdengar hanya gumaman. Si
SPG mencoba meronta, namun sebuah pukulan ditengkuknya yang
diluncurkan oleh Dodot membuatnya langsung pingsan.

Aku menoleh ke belakang, Bimo dan Dodot tersenyum memandangku
seolah-olah ingin menyatakan bahwa operasi penculikan sudah berhasil.
Kulihat kain yang menutupi rok mininya tersingkap, dan meskipun di
dalam mobil gelap, aku masih dapat melihat pahanya yang mulus. Dodot
pun tak tahan langsung memijat dan meraba paha yang mulus itu. Mobil
kami langsung meluncur ke rumah Aguk yang memang kosong dan biasa
sebagai tempat kami berkumpul.
Setelah sampai dan memarkir mobil di garasi, kami menggendong SPG
yang masih pingsan itu ke dalam kamar. Di sana kami mengikatnya pada
kursi kayu yang ada. Aku duduk di ranjang menghadap SPG yang masih
lunglai itu yang terikat di kursi kayu. Teman-temanku kelihatannya
memang menghadiahkan SPG itu ke padaku untuk diperlakukan apa saja.

"Dot... ambilin air." Dodot keluar kamar dan tak lama masuk dengan
segelas air yang disodorkan kepadaku. Aku berdiri dan menyiramkan
pelan-pelan ke wajah SPG itu. Ketika sadar, SPG itu terlihat sangat
terkejut melihatku di depannya, "Kamu..." katanya seraya menggerakkan
tubuhnya, dan dia sadar kalau tubuhnya terikat erat di sebuah kursi.
Kali ini aku yang tersenyum, senyum kemenangan. "Mau apa kamu?" masih
dengan sombong SPG itu bertanya setengah menghardik kepadaku. "Kalau
kamu macam-macam, aku akan teriak," lanjutnya lagi. Aku hanya
tersenyum, "Silahkan saja teriak, nggak bakal terdengar kok," kataku
sambil menyalakan tape si Aguk, kebetulan lagunya dari band
Metallica, Unforgiven, kusetel agak keras, meskipun aku yakin bahwa
kamar Aguk letaknya terisolir, jadi tidak mungkin teriakannya
didengar orang lain.

Ketakutan mulai terlihat di wajah SPG itu, wajahnya yang cantik sudah
mulai terlihat memelas memohon iba. Namun kebencian di hatiku masih
belum padam, aku ingin memberinya pelajaran!.
"Siapa namamu?" tanyaku dengan nada datar.
"Vera," jawabnya.
"Ampun Mas, maafkan aku, aku disuruh boss untuk bersikap begitu,"
katanya seolah membela diri.
Tidak peduli dengan pembelaan dirinya, langsung kusibakkan kain yang
menutupi roknya, lalu dengan kasar kutarik roknya hingga ke pangkal
paha. Vera menatapku ketakutan, "Jangan, jangan Mas..." ucapnya
memelas seakan tahu hal yang lebih buruk akan menimpa dirinya. Lagi
dengan kasar kutarik bajunya sehingga kursi yang didudukinya bergeser
dan kancing bajunya hampir lepas semua. Terlihat oleh kami bulatan
payudara yang masih tertutup BH berwarna putih. Tak tahan melihat itu
Aguk dan Dodot yang berdiri di sampingnya langsung meremas-meremas
payudara itu. Vera sangat ketakutan, ditengah ketakutannya dia
berusaha meronta, namun hal itu semakin meningkatkan nafsu kita.
Jari-jariku langsung meraba secara liar daerah liang kewanitaannya
yang masih tertutup CD, mengelus dan berputar-putar dengan lincah dan
sekali-sekali mencoba menusuk. "Tidakkk.. tidakkk.." Vera berkata
lirih seolah ingin menolak takdir.

"Breetttt... breettt..." kubuka dengan paksa seluruh baju Vera
sehingga yang terlihat hanya BH dan CD-nya saja. "Naikkan ke atas
meja," kataku, serta merta ketiga temanku langsung bekerja sama
memegangi Vera dan mengikatnya di atas meja. Vera meronta-ronta
sekuat tenaga namun tentu saja usahanya tidak mampu melawan tiga
tenaga cowok. Sekarang dia sudah terlentang di atas meja dengan
tangan terikat di sudut-sudut meja, kedua kakinya agak menjulur ke
bawah karena mejanya tidak cukup panjang, namun kami mengikatnya
secara terpisah pada dua kaki meja. Kami sendiri posisinya sekarang
di samping tubuhnya. Lalu dengan sekali tarik kulepas BH-nya dan
menonjollah dua bagian payudaranya yang cukup padat berisi. Sekarang
kami melihat sebuah tubuh yang putih mulus dan langsing dengan
tonjolan payudara yang bergoyang-goyang karena Vera masih berusaha
meronta. Karena meronta, terlihat CD-nya yang agak transparan
semakin mengetat memperlihatkan lekuk-lekuk liang kewanitaannya.

"It's showtime!" teriakku yang disambut oleh kegembiraan
teman-temanku dan wajah ketakutan Vera. Aku langsung mengambil
beberapa karet gelang, lalu kulingkarkan di payudara Vera sampai
terlihat mengeras dan merah. "Aduhhh..." erang Vera, masih kutambah
penderitaannya dengan menjepitkan jepitan yang biasa digunakan Aguk
untuk alat elektronik, bentuknya bergerigi dan terbuat dari logam
tipis yang di-chrome, kujepitkan di kedua puting susunya. "Aduhhh..
ahhh.. aduuhhh" Vera mengerang kesakitan. Aguk lalu memberiku sebuah
alat seperti pecut, yang terbuat dari beberapa tali tampar kecil
sekitar 5 buah yang salah satu ujung-ujungnya dijadikan satu pada
sebuah pegangan dari rotan. Entah untuk apa alat ini biasanya
digunakan Aguk, pikirku, tapi peduli apa, yang penting sekarang benda
ini ada gunanya.

"Jangan.. ampunnn Mas..." pinta Vera, melihat aku mengibas-ngibaskan
pecut itu. Aku tersenyum sadis, lalu tanganku kuangkat dan sebuah
pecutan kuarahkan ke payudaranya. "Ctasss..." Tubuh Vera
menggelinjang, dan buah dadanya langsung bergoyang ke kanan ke kiri
menahan sakit. "Aduhhh..." teriaknya sambil menitikkan air mata.
Beberapa garis merah terlihat di kedua buah dadanya, di sekitar
puting.

"Lagi?" tanyaku kepada Vera, yang tentu saja dijawab dengan gelengan
kepala, "Ampunnn.. ampunnn tolonggg..." rintihan bercampur tangis
Vera menjadi satu. Tanpa rasa iba pecut kuayun lagi, kali ini
sasarannya adalah pahanya. "Mmmpphhh..." Vera menggigit bibir
bawahnya menahan sakit. Sekali lagi kuayun pecut itu, sekarang ke
arah pusar, garis-garis merah segera menghiasi tubuh Vera. Entah aku
sangat menikmatinya sehingga tak terasa sudah beberapa ayunan pecut
mengarah ke tubuh Vera. Tubuhnya terlihat bergetar, menggelinjang
menahan sakit dan perih. Wajahnya yang basah oleh air mata dan
keringat sudah benar-benar menunjukkan penderitaan. Tapi aku masih
belum puas. Kulihat teman-temanku, ketiganya tersenyum seakan
memberikan dukungan kepadaku untuk terus menyalurkan hasratku.

Kudekati telinga Vera, dia yang sudah ketakutan padaku, dia berusaha
menjauhkan kepalanya, mungkin dikiranya aku mau menggigit telinganya.
Kubisikkan sesuatu di telinga Vera, "Vera, gimana kalau kita ganti
alatnya, sekarang pakai ikat pinggang saja ya," bisikku sambil
menyeringai sadis. Vera menunjukkan ekspresi terkejut setengah tidak
percaya bahwa dia akan menerima siksaan yang lebih hebat. "Ampun...
lepaskan saya..." ibanya meskipun tahu aku tidak akan melepaskannya.

Kubuka ikat pinggangku yang terbuat dari kulit, kulilitkan sebagian
pada telapak tanganku, Vera melirikku dengan ketakutan yang amat
sangat, nafasnya tersenggal-senggal meskipun dia sudah berusaha
sekuat tenaga untuk mengaturnya. Mungkin dengan mengatur napas dia
berharap sabetan ikat pinggangku tidak akan terlalu sakit. Kuangkat
tinggi tanganku dan kuayunkan dengan keras, Vera memejamkan matanya,
saat ikat pinggangku mendarat di pahanya terdengar meja yang ditiduri
Vera agak berderit karena tubuh Vera secara spontan bergetar keras
menahan sakit. "Ahhh.. ampun.. ampun.. hahhh.. hahhh.." Vera berkata
tersendat-sendat. Kali ini bukan hanya garis merah yang tampak,
tetapi semacam jalur merah tercetak di paha Vera.

"Ceplasss... Ceplassss..." sabetan ikat pinggangku semakin liar
menghujani tubuh Vera. Vera sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi,
dia hanya menggeleng ke kiri ke kanan menahan penderitaan yang
kuberikan. Puas dari samping, "Bagaimana kalau pukulan yang mengarah
langsung ke liang kewanitaannya?" pikirku. Lalu aku mulai menyobek
CD-nya dan minta kepada dua temanku untuk melepaskan ikatan kaki Vera
dan mengikatnya kembali pada posisi menekuk ke atas dan mengangkang,
sehingga liang kewanitaannya terbuka lebar. Vera berusaha meronta dan
menutup liang kewanitaannya dengan kakinya, namun ikatan kami cukup
erat sehingga kedua kakinya tidak bisa mengatup. Persis menghadap
liang kewanitaannya, aku mengelus-elusnya sambil tersenyum sinis.
Vera mengangkat kepalanya dan menatapku dengan pandangan nanar.
Aku mulai menjauh, ikat pinggang mulai kuputar-putar, lalu...,
"Ceplasss..." ikat pinggang itu mendarat dengan tepat di bibir liang
kewanitaan Vera. Kali ini Vera meronta-ronta dengan sangat dan cukup
lama, tampaknya dia sangat kesakitan, kepalanya ditengadahkan ke atas
sembari mengguncang-guncangkan pantatnya di atas meja. Aku berjalan
ke sampingnya, "Lagi?" tanyaku seolah tak menghiraukan
penderitaannya. Vera tidak mengatakan apa-apa, kelihatannya dia sudah
pasrah. Aku tersenyum penuh kemenangan, kusentuh bibir liang
kewanitaannya yang tentunya masih pedih, Vera menggelinjang, tak
peduli kugesek-gesekan jariku di liang senggamanya, tubuh Vera terus
menggelinjang. "Sakittt.. sakittt.." gumamnya lirih.

Seolah tak peduli, kembali aku mengambil dua jepitan, dan kujepit di
kedua bibir liang kewanitaan yang memerah itu. Vera menatapku dengan
pandangan tak percaya akan kesadisanku. "Oke," kataku, "Tidak ada
lagi pukulan...", Vera diam saja tanpa ekspresi, "...tapi sekarang
waktunya bermain lilin," lanjutku sambil menyunggingkan senyum. Kali
ini Vera menolehkan wajahnya yang layu, berkeringat dan basah karena
air matanya. Bisa kubaca dalam pikirannya, "Oh.. apa lagi yang akan
diperbuatnya pada tubuhku.. malangnya nasibku..."

Memang di kamar Aguk ada beberapa lilin untuk jaga-jaga jika lampu
mati, ada yang kecil dan ada juga yang besar supaya awet. Kuambil
Zippo-ku, kunyalakan satu lilin yang kecil. Lidah api menari
berputar-putar melelehkan batang lilin yang menahannya. Menembus
lidah api itu, kulihat pandangan Vera yang berharap aku hanya
bercanda. Kujawab dengan pandangan juga yang menyatakan bahwa aku
serius. Segera lilin yang kupegang kumiringkan di atas payudara Vera.
Kulihat ekspresi Vera yang memandang lekat batang lilin yang terkena
nyala api, pandangannya seolah berharap agar lilin tersebut tidak
meleleh atau apinya tiba-tiba mati. Tapi tentu saja itu tidak
terjadi, yang terjadi adalah tetesan pertama jatuh dan menetes di
atas puting susu Vera sebelah kanan.

"Hhhh..." Vera mendesah, punggungnya terlihat bergerak ke atas
menahan panas lilin yang meleleh. Tetesan demi tetesan bergerak
jatuh, dan Vera terlihat semakin kesakitan karena tetesan tersebut
jatuh di tempat bekas pecut dan sabetan ikat pinggangku tadi.
Tiba-tiba teman-temanku ikut bergabung, mereka semua memegang lilin
bahkan tidak hanya satu tapi tiga atau empat sekaligus. Mereka dengan
gembira meneteskan ke bagian-bagian sensitif Vera, seperti buah dada,
pusar, sekitar liang kewanitaan dan paha. Kali ini Vera seperti ular
kepanasan, dia meliuk-liukkan tubuhnya menahan panas tetesan lilin.

Seperti biasa, setelah puas pada bagian tubuh Vera, aku pun mengambil
sebuah lilin dengan diameter yang besar dan menyalakannya. Setelah
menunggu agak lama supaya lelehan lilin cukup banyak di atas lilin
itu, aku kembali mengelus-elus liang kewanitaan Vera. Vera langsung
berkata, "Tidakkk.. jangan.. jangan Mas...", aku pun tersenyum penuh
nafsu mendengar nada yang memelas itu. Tapi tetap saja lilin yang
besar itu kumiringkan di atas liang kewanitaan Vera, Vera berusaha
mengelak dengan menggeser pantatnya, "Pintar juga dia," pikirku, tapi
karena lelehan lilin ini masih banyak, dengan leluasa aku
"menaburkan" tetesan-tetesannya ke liang kewanitaannya. Tak ayal
bagaikan lahar panas tetesan tersebut mengalir ke liang kewanitaan
Vera dan mungkin ke dalamnya.

"Errrggghhh..." gumam Vera, dia langsung menggoyang-goyangkan
pantatnya dan menengadahkan kepalanya menahan panas dan sakit, dengan
mulutnya yang menggigit rapat dan matanya terpejam erat. Kemudian
kucoba untuk memasukkan sebuah lilin kecil ke anusnya, sulit sekali
karena anusnya begitu rapat, aku memasukkan jariku terlebih dahulu
dan menggesek-geseknya agar anusnya membesar. "Aduh.. aduh.." ucap
Vera, tapi aku tidak peduli, setelah anusnya membesar mulai
kutancapkan sebuah lilin di anusnya. Dan ide cemerlangku muncul lagi,
kunyalakan lilin yang menancap itu dan setelah cukup lama, kutiup
apinya dan kubalik, jadi yang menancap adalah bagian yang barusan
menyala. "Jesss..." bunyi panas lilin bercampur dengan cairan yang
keluar dari anus Vera. Tentu saja Vera menggeliat kesakitan,
pantatnya dibentur-benturkannya ke meja seakan ingin melepaskan lilin
yang menancap di anusnya. Aku tersenyum senang sambil
kumasuk-keluarkan lilin tadi di anus Vera.

Karena sudah puas menyiksa Vera, aku kasih kesempatan kepada
teman-temanku untuk menyetubuhinya. Teman-temanku begitu gembira,
mereka langsung beraksi, sementara aku melihat pertunjukkan ini
dengan kepuasan total. Mereka melepas ikatan Vera yang sudah tidak
berdaya itu, lalu tubuhnya dibalik dan pantatnya ditarik ke atas
sehingga dalam posisi menungging. Aku melihat Vera diam saja, mungkin
dia sudah capai dan pasrah serta tidak punya harapan hidup lagi.
Wajahnya yang cantik terlihat sangat lesu dan seolah-olah siap
diperlakukan apa saja. Dodot dengan tubuhnya yang besar mulai membuka
celana dan melakukan penetrasi, langsung sodomi. Vera membelalak tak
menyangka bahwa ada benda sebesar itu yang harus masuk ke anusnya.
Belum selesai dia "menikmati" penderitaan karena ulah Dodot, Aguk
langsung menyelinap ke bawah tubuh Vera dan berusaha memasukkan
batang kemaluannya ke liang kewanitaan Vera.

Vera melolong kesakitan karena anus dan liang kewanitaannya yang
sudah lecet dan perih terkena sabetan ikat pinggang dan tetesan
lilin, masih harus bergesekan dengan batang kemaluan teman-temanku.
Tubuhnya terguncang ke depan berulang-ulang setiap kali Dodot dan
Aguk menghunjamkan batang kemaluannya. Payudaranya berguncang keras
persis di atas wajah Aguk yang dengan penuh nafsu meremas sekuatnya.
Masih tersiksa dengan keadaan begitu, Bimo mengeluarkan kepunyaannya
dan minta dikaraoke oleh Vera. Rintihan Vera menjadi tersendat-sendat
karena tersedak dan batuk, Bimo bukannya kasihan malahan dia semakin
terangsang sehingga dia menghunjamkan batang kemaluannya ke mulut dan
tenggorokan Vera berulang-ulang.

Aku tersenyum saja melihat kelakuan teman-temanku yang brutal, lalu
kudekati Vera sambil berkata, "Vera.. punggungmu masih mulus lho..
aku cambuk ya..." Karena tidak mungkin menggunakan pecut dan ikat
pinggang sebab bisa mengenai Aguk yang berada di bawah tubuh Vera,
maka aku menggunakan rotan yang tadi sebagai pegangan untuk pecut,
rotan ini ujungnya memecah sehingga sangat cocok untuk menimbulkan
rasa sakit.

Segera kuraih rotan itu dan kupukulkan berulang-ulang ke punggung
Vera. Tubuh Vera terlihat menggelinjang dan menggeliat seiring dengan
hujaman-hujaman yang diberikan oleh Dodot, Aguk dan Bimo serta
siksaan cambukan rotan dariku. Dodot yang melihat punggung Vera
terkena pukulan rotanku sangat terangsang dan segera memuntahkan
maninya ke liang dubur Vera, lalu dia pun mencabut batang
kemaluannya. Karena pantatnya kosong, atau tidak ada orang, aku pun
dengan leluasa memukul pantatnya dengan rotan. Kulihat Vera sangat
menderita, pantat yang baru saja dimasuki paksa oleh Dodot masih
harus menerima siksaan rotanku.

Giliran Bimo yang ejakulasi, maninya langsung menyemprot ke
tenggorokan Vera, membuatnya menjadi sulit bernafas dan seperti mau
muntah. Melihat begitu semakin keras kupukulkan rotan ke pantatnya,
bahkan ke belahan pantatnya. Tiba-tiba Vera lunglai, kelihatannya dia
tak tahan lagi menerima siksaan kami, dia pingsan. Aguk yang belum
selesai masih terus melakukan aksinya, sehingga tubuh Vera yang
pingsan itu terguncang-guncang ke sana ke mari, akhirnya Aguk pun
mencapai puncaknya dan menyemprotkan air maninya di dalam liang
kewanitaan Vera yang masih pingsan. Aku sendiri sudah merasa puas
dengan balas dendamku ini. Kami berempat tertawa dan puas.
Kami lalu membawa tubuh Vera untuk di"buang", sebetulnya kami ingin
menyimpannya untuk kenikmatan sehari-hari tetapi terlalu beresiko.
Akhirnya tubuh Vera kami lempar di depan plaza tempat dia bekerja.
Aku tersenyum puas karena sudah memberi pelajaran kepada SPG yang
sombong itu, tapi dalam hati aku merasa ketagihan untuk menyiksa SPG
yang lain, kusampaikan ini ke teman-temanku dan mereka semuanya
setuju untuk suatu waktu menculik dan menyiksa SPG yang lain.

- tamat -

DI KAMAR TANTE NINIK (2)

0 komentar
Tante masih terkesima dengan Mr. P-ku yang mempunyai panjang 14 cm dengan diameter 4 cm.

“Emangnya punya om gak segini? ya sudah tante boleh ngelakuin apa aja sama Mr. P ku.” Aku ingin agar tante memulai ini secepatnya.
“Hmm, iya deh.” Lalu tante mulai menjilat ujung Mr. P.

Ada sensasi enak dan nikmat ketika lidah tante mulai beraksi naik turun dari ujung sampai pangkal Mr. P

“Ahh.. enak tante, terusin hh.” aku mulai meracau.

Lalu aku tarik kepala tante Ninik sampai sejajar dengan kepalaku, kami berciuman lagi dengan ganasnya. Lebih ganas dari ciuman yang pertama tadi. Tanganku beraksi lagi, kali ini berusaha untuk melepas CD tante Ninik. Akhirnya sambil menggigit-gigit kecil puting susunya, aku berhasil melepas penutup satu-satunya itu. Tiba-tiba, tante merubah posisi dengan duduk di atas dadaku. Sehingga terpampang jelas vaginanya yang tertutup rapat dengan rambut yang dipotong rapi berbentuk segitiga.

“Ayo Fir, gantian kamu boleh melakukan apa saja terhadap ini.” Sambil tangan tante mengusap vaginanya.
“OK tante” aku langsung mengiyakan dan mulai mengecup vagina tante yang bersih.
“Shh.. ohh” tante mulai melenguh pelan ketika aku sentuh klitorisnya dengan ujung lidahku.
“Hh.. mm.. enak Fir, terus Fir.. yaa.. shh” tante mulai berbicara tidak teratur.

Semakin dalam lidahku menelusuri liang vagina tante. Semakain kacau pula omongan tante Ninik. “Ahh..Fir..shh..Firr aku mau keluar.” tante mengerang dengan keras.

“Ahh..” erangan tante keras sekali, sambil tubuhnya dilentingkan ke kebelakang.

Rupanya tante sudah mencapai puncak. Aku terus menghisap dengan kuat vaginanya, dan tante masih berkutat dengan perasaan enaknya.

“Hmm..kamu pintar Fir. Gak rugi tante punya keponakan seperti kamu. Kamu bisa jadi pemuas tante nih, kalau om kamu lagi luar kota. Mau kan?” dengan manja tante memeluk tubuhku.
“Ehh, gimana ya tante..” aku ngomgong sambil melirik ke Mr. P ku sendiri.
“Oh iya, tante sampai lupa. Maaf ya” tante sadar kalau Mr. P ku masih berdiri tegak dan belum puas.

Dipegangnya Mr. P ku sambil bibirnya mengecup dada dan perutku. Lalu dengan lembut tante mulai mengocok Mr. P. Setelah lebih kurang 15 menit tante berhenti mengocok.

“Fir, kok kamu belum keluar juga. Wah selain besar ternyata kuat juga ya.” tante heran karena belum ada tanda-tanda mau keluar sesuatu dari Mr.Pku.

Tante bergeser dan terlentang dengan kaki dijuntaikan ke lantai. Aku tanggap dengan bahasa tubuh tante Ninik, lalu turun dari tempat tidur. Aku jilati kedua sisi dalam pahanya yang putih mulus. Bergantian kiri-kanan, sampai akhirnya dipangkal paha. Dengan tiba-tiba aku benamkan kepalaku di vaginanya dan mulai menyedot. Tante menggelinjang tidak teratur, kepalanya bergerak ke kiri dan kanan menahan rasa nikmat yang aku berikan. Setelah vagina tante basah, tante melebarkan kedua pahanya. Aku berdiri sambil memegang kedua pahanya. Aku gesek-gesekkan ujung Mr. P ke vaginanya dari atas ke bawah dengan pelan. PErlakuanku ini membuat tante semakin bergerak dan meracau tidak karuan.

“Tante siap ya, aku mau masukin Mr. P” aku memberi peringatan ke tante.
“Cepetan Fir, ayo.. tante sudah gak tahan nih.” tante langsung memohon agar aku secepatnya memasukkan Mr. P.

Dengan pelan aku dorong Mr. P ke arah dalam vagina tante Ninik, ujung kepalaku mulai dijepit bibir vaginanya. Lalu perlahan aku dorong lagi hingga separuh Mr. P sekarang sudah tertancap di vaginanya. Aku hentikan aktifitasku ini untuk menikmati moment yang sangat enak. Pembaca cobalah lakukan ini dan rasakan sensasinya. Pasti Anda dan pasangan akan merasakan sebuah kenikmatan yang baru.

“Fir, kok rasanya nikmat banget.. kamu pintar ahh.. shh” tante berbicara sambil merasa keenakan.
“Ahh.. shh mm, tante ini cara Firman agar tante juga merasa enak” Aku membalas omongan tante.

Lalu dengan hentakan lembut aku mendorong semua sisa Mr. P ke dalam vagina tante.

“Ahh..” kami berdua melenguh.

Kubiarkan sebentar tanpa ada gerakan, tetapi tante rupanya sudah tidak tahan. Perlahan dan semakin kencang dia menggoyangkan pinggul dan pantatnya dengan gerakan memutar. Aku juga mengimbanginya dengan sodokan ke depan. Vagina tante Ninik ini masih kencang, pada saat aku menarik Mr. P bibir vaginanya ikut tertarik.

“Plok.. plok.. plokk” suara benturan pahaku dengan paha tante Ninik semakin menambah rangsangan.
Sepuluh menit lebih kami melakukan gaya tersebut, lalu tiba-tiba tante mengerang keras “Ahh.. Fir tante nyampai lagi”

Pinggulnya dirapatkan ke pahaku, kali ini tubuhnya bergerak ke depan dan merangkul tubuhku. Aku kecup kedua payudaranya. dengan Mr. P masih menancap dan dijepit Vagina yang berkedut dengan keras. Dengan posisi memangku tante Ninik, kami melanjutkan aksi. Lima belas menit kemudian aku mulai merasakan ada desakan panas di Mr. P.

“Tante, aku mau keluar nih, di mana?” aku bertanya ke tante.
“Di dalam aja Fir, tante juga mau lagi nih” sahut tante sambil tubuhnya digerakkan naik turun.

Urutan vaginanya yang rapat dan ciuman-ciumannya akhirnya pertahananku mulai bobol.

“Arghh.. tante aku nyampai”.
“Aku juga Fir.. ahh” tante juga meracau.

Aku terus semprotkan cairan hangat ke vagina tante. setelah delapan semprotan tante dan aku bergulingan di kasur. Sambil berpelukan kami berciuman dengan mesra.

“Fir, kamu hebat.” puji tante Ninik.
“Tante juga, vagina tante rapet sekali” aku balas memujinya.
“Fir, kamu mau kan nemani tante selama om pergi” pinta tante.
“Mau tante, tapi apa tante gak takut hamil lagi kalau aku selalu keluarkan di dalam?” aku balik bertanya.
“Gak apa-apa Fir, tante masih ikut KB. Jangan kuatir ya sayang” Tante membalas sambil tangannya mengelus dadaku.

Akhirnya kami berpagutan sekali lagi dan berpelukan erat sekali. Rasanya seperti tidak mau melepas perasaan nikmat yang barusan kami raih. Lalu kami mandi bersama, dan sempat melakukannya sekali lagi di kamar mandi.

*****

Itulah pengalamanku dengan tante Ninik. Ternyata enak juga bermain dengan wanita yang berumur 40-an. Semenjak itu aku sering dapat telepon ajakan untuk berkencan dengan tante-tante. Rupanya tante Ninik menceritakan hal kehebatanku kepada teman-temannya.

E N D

DI KAMAR TANTE NINIK

0 komentar
“Kriing..” jam di meja memaksa aku untuk memicingkan mata.

“Wah gawat, telat nih” dengan tergesa-gesa aku bangun lalu lari ke kamar mandi.

Pagi itu aku ada janji untuk menjaga rumah tanteku. Oh ya, tanteku ini orangnya cantik dengan wajah seperti artis sinetron, namanya Ninik. Tinggi badan 168, payudara 34, dan tubuh yang langsing. Sejak kembali dari Malang, aku sering main ke rumahnya. Hal ini aku lakukan atas permintaan tante Ninik, karena suaminya sering ditugaskan ke luar pulau. Oh ya, tante Ninik mempunyai dua anak perempuan Dini dan Fifi. Dini sudah kelas 2 SMA dengan tubuh yang langsing, payudara 36B, dan tinggi 165. Sedangkan Fifi mempunyai tubuh agak bongsor untuk gadis SMP kelas 3, tinggi 168 dan payudara 36. Setiap aku berada di rumah tante Fifi aku merasa seperti berada di sebuah harem. Tiga wanita cantik dan seksi yang suka memakai baju-baju transparan kalau di rumah. Kali ini aku akan ceritakan pengalamanku dengan tante Ninik di kamarnya ketika suaminya sedang tugas dinas luar pulau untuk 5 hari.

Hari Senin pagi, aku memacu motorku ke rumah tante Ninik. Setelah perjalanan 15 menit, aku sampai di rumahnya. Langsung aku parkir motor di teras rumah. Sepertinya Dini dan Fifi masih belum berangkat sekolah, begitu juga tante Ninik belum berangkat kerja.

“Met pagi semua” aku ucapkan sapaan seperti biasanya.
“Pagi, Mas Firman. Lho kok masih kusut wajahnya, pasti baru bangun ya?” Fifi membalas sapaanku.
“Iya nih kesiangan” aku jawab sekenanya sambil masuk ke ruang keluarga.
“Fir, kamu antar Dini dan Fifi ke sekolah ya. Tante belum mandi nih. Kunci mobil ada di tempat biasanya tuh.” Dari dapur tante menyuruh aku.
“OK Tante” jawabku singkat.
“Ayo duo cewek paling manja sedunia.” celetukku sambil masuk ke mobil. Iya lho, Dini dan Fifi memang cewek yang manja, kalau pergi selalu minta diantar.
“Daag Mas Firman, nanti pulangnya dijemput ya.” Lalu Dini menghilang dibalik pagar sekolahan.
Selesai sudah tugasku mengantar untuk hari ini. Kupacu mobil ke rumah tante Ninik.

Setelah parkir mobil aku langsung menuju meja makan, lalu mengambil porsi tukang dan melahapnya. Tante Ninik masih mandi, terdengar suara guyuran air agak keras. Lalu hening agak lama, setelah lebih kurang lima menit tidak terdengar gemericik air aku mulai curiga dan aku hentikan makanku. Setelah menaruh piring di dapur. Aku menuju ke pintu kamar mandi, sasaranku adalah lubang kunci yang memang sudah tidak ada kuncinya. Aku matikan lampu ruang tempatku berdiri, lalu aku mulai mendekatkan mataku ke lubang kunci. Di depanku terpampang pemandangan alam yang indah sekali, tubuh mulus dan putih tante Ninik tanpa ada sehelai benang yang menutupi terlihat agak mengkilat akibat efek cahaya yang mengenai air di kulitnya. Ternyata tante Ninik sedang masturbasi, tangan kanannya dengan lembut digosok-gosokkan ke vaginanya. Sedangkan tangan kiri mengelus-elus payudaranya bergantian kiri dan kanan.

Terdengar suara desahan lirih, “Hmm, ohh, arhh”.

Kulihat tanteku melentingkan tubuhnya ke belakang, sambil tangan kanannya semakin kencang ditancapkan ke vagina. Rupanya tante Ninik ini sudah mencapai orgasmenya. Lalu dia berbalik dan mengguyurkan air ke tubuhnya. Aku langsung pergi ke ruang keluarga dan menyalakan televisi. Aku tepis pikiran-pikiran porno di otakku, tapi tidak bisa. Tubuh molek tante Ninik, membuatku tergila-gila. Aku jadi membayangkan tante Ninik berhubungan badan denganku.

“Lho Fir, kamu lagi apa tuh kok tanganmu dimasukkan celana gitu. Hayo kamu lagi ngebayangin siapa? Nanti aku bilang ke ibu kamu lho.” Tiba-tiba suara tante Ninik mengagetkan aku.
“Kamu ini pagi-pagi sudah begitu. Mbok ya nanti malam saja, kan enak ada lawannya.” Celetuk tante Ninik sambil masuk kamar.

Aku agak kaget juga dia ngomong seperti itu. Tapi aku menganggap itu cuma sekedar guyonan. Setelah tante Ninik berangkat kerja, aku sendirian di rumahnya yang sepi ini. Karena masih ngantuk aku ganti celanaku dengan sarung lalu masuk kamar tante dan langsung tidur.

“Hmm.. geli ah” Aku terbangun dan terkejut, karena tante Ninik sudah berbaring di sebelahku sambil tangannya memegang Mr. P dari luar sarung.
“Waduh, maafin tante ya. Tante bikin kamu terbangun.” Kata tante sambil dengan pelan melepaskan pegangannya yang telah membuat Mr. P menegang 90%.
“Tante minta ijin ke atasan untuk tidak masuk hari ini dan besok, dengan alasan sakit. Setelah ambil obat dari apotik, tante pulang.” Begitu alasan tante ketika aku tanya kenapa dia tidak masuk kerja.
“Waktu tante masuk kamar, tante lihat kamu lagi tidur di kasur tante, dan sarung kamu tersingkap sehingga celana dalam kamu terlihat. Tante jadi terangsang dan pingin pegang punya kamu. Hmm, gedhe juga ya Mr. P mu” Tante terus saja nyerocos untuk menjelaskan kelakuannya.
“Sudahlah tante, gak pa pa kok. Lagian Firman tahu kok kalau tante tadi pagi masturbasi di kamar mandi” celetukku sekenanya.
“Lho, jadi kamu..” Tante kaget dengan mimik setengah marah.
“Iya, tadi Firman ngintip tante mandi. Maaf ya. Tante gak marah kan?” agak takut juga aku kalau dia marah.

Tante diam saja dan suasana jadi hening selama lebih kurang 10 menit. Sepertinya ada gejolak di hati tante. Lalu tante bangkit dan membuka lemari pakaian, dengan tiba-tiba dia melepas blaser dan mengurai rambutnya. Diikuti dengan lepasnya baju tipis putih, sehingga sekarang terpampang tubuh tante yang toples sedang membelakangiku. Aku tetap terpaku di tempat tidur, sambil memegang tonjolan Mr. P di sarungku. Bra warna hitam juga terlepas, lalu tante berbalik menghadap aku. Aku jadi salah tingkah.

“Aku tahu kamu sudah lama pingin menyentuh ini..” dengan lembut tante berkata sambil memegang kedua bukit kembarnya.
“Emm.., nggak kok tante. Maafin Firman ya.” Aku semakin salah tingkah.
“Lho kok jadi munafik gitu, sejak kapan?” tanya tanteku dengan mimik keheranan.
“Maksud Firman, nggak salahkan kalau Firman pingin pegang ini..!” Sambil aku tarik bahu tante ke tempat tidur, sehingga tante terjatuh di atas tubuhku.

Langsung aku kecup payudaranya bergantian kiri dan kanan.

“Eh, nakal juga kamu ya.. ihh geli Fir.” tante Ninik merengek perlahan.
“Hmm..shh” tante semakin keras mendesah ketika tanganku mulai meraba kakinya dari lutut menuju ke selangkangannya.

Rok yang menjadi penghalang, dengan cepatnya aku buka dan sekarang tinggal CD yang menutupi gundukan lembab. Sekarang posisi kami berbalik, aku berada di atas tubuh tante Ninik. Tangan kiriku semakin berani meraba gundukan yang aku rasakan semakin lembab. Ciuman tetap kami lakukan dibarengi dengan rabaan di setiap cm bagian tubuh. Sampai akhirnya tangan tante masuk ke sela-sela celana dan berhenti di tonjolan yang keras.

“Hmm, boleh juga nih. Sepertinya lebih besar dari punyanya om kamu deh.” tante mengagumi Mr. P yang belum pernah dilihatnya.
“Ya sudah dibuka saja tante.” pintaku.

Lalu tante melepas celanaku, dan ketika tinggal CD yang menempel, tante terbelalak dan tersenyum.

“Wah, rupanya tante punya Mr. P lain yang lebih gedhe.” Gila tante Ninik ini, padahal Mr. P-ku belum besar maksimal karena terhalang CD.

Aksi meremas dan menjilat terus kami lakukan sampai akhirnya tanpa aku sadari, ada hembusan nafas diselangkanganku. Dan aktifitas tante terhenti. Rupanya dia sudah berhasil melepas CD ku, dan sekarang sedang terperangah melihat Mr. P yang berdiri dengan bebas dan menunjukkan ukuran sebenarnya.

“Tante.. ngapain berhenti?” aku beranikan diri bertanya ke tante, dan rupanya ini mengagetkannya.
“Eh.. anu.. ini lho, punya kamu kok bisa segitu ya..?” agak tergagap juga tante merespon pertanyaanku.
“Gak panjang banget, tapi gemuknya itu lho.. bikin tante merinding” sambil tersenyum dia ngoceh lagi.


- BERSAMBUNG -

Get paid To Promote at any Location
Copyright © Cerita S3X